Besok malam, tepatnya Sabtu pukul 00.00, merupakan
tanda pergantian tahun dari menurut
kalender Masehi. Pergantian tahun itu biasanya diperingati di hampir seluruh negara
dengan tradisi masing-masing yang spesifik. Di Seoul, Korea Selatan, moment
peting pergantian tahun bukanlah menghitung detik demi detik di tengah malam,
melainkan cara memandangi matahari terbit pertama di tahun yang baru. Festival
Matahari Homigot yang diadakan setiap tahun di Pantai Pohang membuktikan betapa
pentingnya mement itu.
Di Jepang, setiap tahun baru, orang Jepang
akan menikmati makanan yang terdiri dari tiga jenis makanan awetan yaitu
telur ikan, sebagai simbol kemakmuran; ikan sardin asap biasa disebut
tatsukuri, yang berarti tanah yang subur; dan manisan tumbuhan laut yang
merupakan simbol perayaan.
Di Belanda, ada sebuah tradisi unik dalam
menyambut tahun baru, yaitu Nieuwjaarsduik atau New Year's Dive. Saat hari pertama tahun baru ribuan warga beramai-ramai
menyelam di pantai-pantai, kanal, dan danau di 100 tempat yang berbeda di
penjuru negeri. Mereka akan menyelam, berenang, dan berendam di air yang sangat
dingin dengan hanya mengenakan pakaian renang. Tradisi ini dilakukan sebagai
simbol untuk awal baru yang segar di tahun yang baru. Air yang dingin dianggap
dapat menyucikan diri dan memulai tahun yang baru dengan bersih.
Di Brazil, masyarakat Brazil mengenal sosok, Lemanja, dewa
laut dalam legenda negara ini. Setiap malam tahun baru, mereka menyelenggarakan ritual untuk menghormati Lemanja, dengan mengenakan baju putih bersih, berbondong-bondong menuju pantai,dan
menaburkan bunga di
laut, mengubur mangga, pepaya dan semangka di pasir pantai.
Di Jerman, menurut kepercayaan orang Jerman, jika mereka makan sisa hidangan pesta
perayaan New Year's Eve di tanggal 1 Januari, mereka tidak akan
mengalami kekurangan pangan selama setahun penuh. Di Berlin, makanan klasik
yang biasa disajikan di hari istimewa ini adalah ikan mas. Hal yang unik, duri ikan mas tersebut akan dibagikan pada
para tamu untuk dibawa pulang sebagai good luck charm.
Di negeri kita tradisis menyambut tibanya
tahun baru biasanya adalah bakar-bakaran dan bunyi-bunyian. Yang pertama bisa
dalam bentuk bakar ikan, ayam, jagung
atau daging. Aktifitas seperti itu sebetulnya tidak terlalu
istimewa karena dapat dilakukan di luar moment menyambut tahun baru. Namun
pada moment tahun baru aktifitas tersebut merupakan perlambang bahwa kita harus membakar
ahlak/tabi’at yang tidak baik dengan
ahlak yang lebih baik.
Kita harus membakar semua sisi gelap di tahun terlewat dan menggantinya dengan sifat baik; membakar sifat sombong, ujub, ria, takabur, serakah/tamak, iri/dengki, dan kikir; membakar kebiasaan gila hormat, rindu sanjungan, kangen pujian; membakar hasrat yang selalu ingin menguasai, ingin selalu terlihat lebih dari orang lain, senang melihat orang susah dan susah/risih bila melihat orang senang; dan membakar sifat mencemooh, ghibah (bergunjing), namimmah (mengadu-domba), fitnah, hipokrit (bermuka dua), mengeruk keuntungan dalam kepahitan orang lain (opportunist)
Kita harus membakar semua sisi gelap di tahun terlewat dan menggantinya dengan sifat baik; membakar sifat sombong, ujub, ria, takabur, serakah/tamak, iri/dengki, dan kikir; membakar kebiasaan gila hormat, rindu sanjungan, kangen pujian; membakar hasrat yang selalu ingin menguasai, ingin selalu terlihat lebih dari orang lain, senang melihat orang susah dan susah/risih bila melihat orang senang; dan membakar sifat mencemooh, ghibah (bergunjing), namimmah (mengadu-domba), fitnah, hipokrit (bermuka dua), mengeruk keuntungan dalam kepahitan orang lain (opportunist)
Sedang bunyi-bunyian yang biasa dilakukan dalam menyambut moment tahun baru adalah meniup terompet, menyulut petasan (fire-crackers)
atau juga dengan menyalakan kembang api yang kemudian disusul dengan bunyi (fire-works) bahkan dengan membunyikan
sirine. Aktifitas ini sebagai
simbol untuk membangunkan atau menggugah kesadaran.
Contoh yang paling mudah menggugah kesadaran dengan
bunyi-bunyian adalah memukul bedug di masjid yang menandai waktu salat tiba. Artinya bunyi bedug
itu menyampai pesan kepada semua umat Islam untuk segera sadar bahwa sat itu
merupakan waktu untuk berkomunikasi dengan Tuhan.
Paling tidak terdapat dua kesadaran baru yang lahir dari peringatan tahun baru. Pertama, begitu masuk tahun baru siapa pun akan menyadari bahwa usianya semakin bertambah. Bersamaan dengan itu kematiannya semakin dekat. Kesadaran ini yang kemudian berlanjut pada kesadaran tentang persiapan-persiapan yang harus dipenuhi untuk menghadapi kematian: sebandingkah investasi untuk akhirat dibanding keterlenaan dengan beragam kenikmatan yang telah diberikan Allah.
Kesadaran ini sangat penting karena dapat memperbesar rasa malu kepada Allah. Malu karena sikapnya yang sering kali lupa untuk mensyukuri segala kenikmatan yang telah diberikan Allah dengan selalu meningkatkan ketaqwaannya. Alih-alih malah tergiur oleh kemegahan dunia.
Paling tidak terdapat dua kesadaran baru yang lahir dari peringatan tahun baru. Pertama, begitu masuk tahun baru siapa pun akan menyadari bahwa usianya semakin bertambah. Bersamaan dengan itu kematiannya semakin dekat. Kesadaran ini yang kemudian berlanjut pada kesadaran tentang persiapan-persiapan yang harus dipenuhi untuk menghadapi kematian: sebandingkah investasi untuk akhirat dibanding keterlenaan dengan beragam kenikmatan yang telah diberikan Allah.
Kesadaran ini sangat penting karena dapat memperbesar rasa malu kepada Allah. Malu karena sikapnya yang sering kali lupa untuk mensyukuri segala kenikmatan yang telah diberikan Allah dengan selalu meningkatkan ketaqwaannya. Alih-alih malah tergiur oleh kemegahan dunia.
Dan kedua, peristiwa tahun baru merupakan kejadian
alamiah berupa perubahan waktu yang ditandai oleh pergeseran alam, yaitu
munculnya bulan sabit tahun baru di ufuk barat. Kenyataan ini melahirkan sebuah
kesadaran bahwa hidup manusia itu berjalan seirama dengan perjalanan segala wujud
di alam ini. Kesadaran ini merupakan satu langkah untuk selalu memperhatikan
kebesaran Allah dengan menyaksikan ketaraturan dan kerapian ciptaan-Nya di alam
semesta ini.
Sekedar untuk menambah bahan perenungan ini
adalah perintah Allah untuk menjalankan ibadah tertentu dan harus dilaksanakan
dalam waktu-waktu tertentu pula sesuai dengan peredaran atau perputaran tata
surya. Dalam menjalani salat misalnya, Allah menegaskan dalam Alquran agar
ditegakkan pada waktu-waktu tertentu (Al-Nisa: 103).
Dalam fikih dapat ditemukan penjelasan
tentang waktu-waktu salat tersebut, yaitu waktu salat Dzuhur setelah
tergelincir matahari, salat Asyar setelah matahari condong ke barat dan
bayangan benda yang ditimbulkannya lebih panjang dari benda itu, salat Maghrib
setelah terbenam matahari, salat Isya’ setelah hilangnya mega merah di arah
barat, dan salat Subuh setelah terbit fajar.
Untuk itu, tepat kiranya di tahun baru ini
kita –dengan kesadaran yang dilahirkan oleh tahun baru itu– membangun tekad baru untuk meningkatkan
ketakwaan dan ketaatan kepada Allah. Karena hanya dengan tekad ini segala
persoalan yang ada di depan kita akan dapat kita hadapi dengan penuh kebijakan.