”Tidak akan masuk neraka orang menangis
kerana takut kepada Allah sehingga ada air susu kembali ke tempat asalnya” (HR Turmudzi). Begitu sabda Nabi yang menegaskan suatu
keistimewaan yang diterimakan kepada orang yang mampu meneteskan air matanya
karena ketakwaannya kepada Allah.
Penekanan takwa bukan hanya karena rasa
takut merupakan salah satu wujudnya, tetapi sekaligus merupakan penegas bahwa
air mata yang menetes bukan sekedar akibat dari beban berat batin dan pikiran.
Biasanya orang mudah menangis saat mengadu kepada Allah terkait dengan suatu
musibah yang dialami, tetapi air matanya sukar menetes jika dia dalam keadaan senang.
Yang disebut terakhir ini bukan termasuk yang
dimaksud Nabi dalam sabdanya di atas. Tetapi air mata yang menetes dari rasa
kerendahan, kekerdilan, dan kelemahan seorang hamba di hadapan Tuhannya, yang
berimplikasi pada sikap pasrah dan taat. Karena pada hakekatnya tidak ada daya
bagi manusia untuk menghindar dari perbuatan maksiat dan kekuatan untuk
kerbakti selain karena bantuan Allah. Inilah makna la haula wala quwwata
illa bi Allah.
Imam Abdur Rahman bin Ahmad al-Qadli, dalam
kitab Daqa'iqul Akhbar Kitab Daqa’iqul Akhbar (Detil-Detil Berita),
subuah kitab yang berisi ulasan kehidupan “metafisik” dengan pendekatan yang
amat “fisikal,” menuturkan bahwa akan didatangkan seorang hamba pada hari
kiamat nanti dalam keadaan sangat berat timbangan kejahatannya dan telah
diperintahkan untuk dimasukkan ke dalam neraka.
Salah satu daripada rambut-rambut matanya
berkata, ”Wahai Tuhanku, Rasul-Mu, Muhammad, telah bersabda, siapa yang
menangis kerana takut kepada Allah, maka Allah mengharamkan matanya itu ke
neraka dan sesungguhnya aku menangis kerana amat takut kepada-Mu.”
Allah akhirnya mengampuni hamba itu dan
menyelamatkannya dari api neraka berkat sehelai rambut yang pernah menangis
kerana takut kepada Allah. Malaikat Jibril mengumumkan kejadian itu kepada
seluruh manusia, dengan berkata, ”Telah selamat Fulan bin Fulan sebab sehelai
rambut.”
Imam Al-Ghazali, dalam kitab, Bidayatul-Hidayah
(Menjelang Hidayah), juga menceritakan bahwa pada hari kiamat nanti, Allah akan
mengeluarkan neraka jahanam dengan disertai suara nyala apinya yang gemuruh.
Suara itu membuat semua orang berlutut kerana takut dan sedih terhadap apa yang
akan menimpanya.
Allah lalu berfirman, "Kamu lihat (pada
hari itu) setiap umat berlutut (yakni merangkak pada lututnya). Tiap-tiap
umat diseru kepada buku amalannya. (Dikatakan kepadanya) Pada hari ini
kamu dibalasi menurut apa-apa yang telah kau kerjakan." (QS. 45: 28).
Hampir saja nyala api itu menghampiri
mereka. Semua orang, bahkan para nabi, memohon kepada Allah agar diselamatkan.
”Diriku, diriku.” (selamatkanlah diriku Ya Allah). Begitu kata-kata yang
meluncur dari mulut-mult mereka. Hanya Nabi Muhammad yang mengucap ”Umatku,
umatku.”
Diterangkan bahwa suara nyala api neraka
itu dapat didengar sejauh 500 tahun dalam perhitungan perjalanan di dunia. Pada
saat itu nyala api neraka muncul membentuk gumpalan-gumpalan besar bak gunung-gunung.
Umat Nabi Muhammad berusaha menghalanginya dengan berkata, ”Wahai api! Demi hak
orang-orang yang salat, demi hak orang-orang yang ahli sedekah, demi hak
orang-orang yang khusuk, demi hak orang-orang yang berpuasa, supaya kamu
kembali.”
Namun api neraka itu tetap tidak mau beranjak.
Lalu Jibril berkata, ”Sesungguhnya api neraka itu menuju kepada umat Muhammad.”
Kemudian Jibril membawa semangkuk air dan Nabi meraihnya. Berkata Jibril, ”Wahai
Rasulullah, ambillah air ini dan siramkanlah kepadanya.” Lalu Baginda mengambil
dan menyiramkannya pada api itu, api itu padam seketika.
Setelah
itu Nabi bertanya kepada Jibril, ”Wahai Jibril, Apakah air itu?” Maka Jibril berkata, ”Itulah air mata orang yang durhaka
di kalangan umatmu yang menangis kerana takut kepada Allah. Sekarang aku
diperintahkan untuk memberikannya kepadamu agar engkau menyiramkan pada api
itu.” Maka padamlah api itu dengan izin Allah.
Begitulah keistimewaan menangis yang
didasari rasa takut kepada Allah. Imam al-Qurthubi mengatakan
bahwa cucuran air mata seseorang tergantung pada apa yang dirasakan. Jika
timbul karena rasa tunduk kepada keperkasaan Allah maka menjadi tangis karena
takut kepada-Nya, dan jika timbul karena mengagumi dan mengharapkan
keindahan-Nya maka menjadi tangis rindu kepada-Nya.
Allah mengistimewakan
orang-orang yang menangis karena takut kepada-Nya dengan menjamin keselamatan
baginya. Mereka adalah yang tersungkur dan bersujud seraya mencucurkan air mata
karena perasaan tunduk dan patuh kepada Allah, mendengar ayat Allah dengan
sikap mengagungkan sehingga memberi pengaruh dalam jiwanya berupa iman,
harapan, rasa takut, yang kesemuanya mendorongnya menangis serta memohon ampun
kepada-Nya (QS. 5: 83).