Selasa, 28 Mei 2013

Belajar Pada Semut

Di dalam kehidupan semut sesungguhnya terdapat pelajaran yang sangat berarti bagi umat manusia. Semut dapat memberikan pelajaran tentang kesabaran, keteguhan, ketekunan, dan kesinambungan dalam usaha untuk mencapai tujuan.
Semut akan selalu berusaha secara berulang-ulang dan terus menerus hingga tujuan yang diinginkannya tercapai. Jika ia mengendus adanya makanan di atas pohon, maka ia akan merangkak naik. Kadang ia terjatuh, tetapi segera ia bangkit dan mulai merangkak naik lagi.
Kejadian seperti itu bisa berulang-ulang. Namun tidak pernah mengeluh, merasa lelah, dan bosan. Ia tetap teguh hingga ia berhasil mendapatkan makanan tersebut. Layak jika ia dijadikan contoh dalam hal ambisi dan tekad kuat yang tidak mengenal kata putus asa.
Jika jalan yang akan dilaluinya terhalang, maka ia akan berusaha lewat dari arah kanan dan kiri. Namun jika ia tetap kesulitan untuk berjalan maju, maka ia akan berhenti sebentar, kemudian kembali lagi dengan sebuah tenaga yang jauh lebih kuat dibanding yang pertama. Mungkin ia akan menjauhi jalan pertama yang sulit karena ada beberapa rintangan, namun ia akan tetap kembali berjalan menuju arah yang sama dengan mencari jalan lain, sehingga ia sampai juga di tempat yang ditujuannya.
Jika terdapat genangan air yang menghalangi jalannya, sementara ia tidak dapat menyebranginya, maka bersama teman-temannya ia membuat formasi jembatan di atas air. Setiap semut berusaha untuk mengaitkan diri dengan lainnya di atas lintasan air, seperti jembatan.
Semut juga memiliki kecerdikan luar biasa di dalam usahanya mendapatkan apa yang diinginkan. Seseorang yang pernah menulis dan meneliti tentang kehidupan semut mengatakan bahwa semut mengumpulkan makanannya dari musim panas sampai musim dingin.
Karena semut tidak banyak keluar pada musim dingin, maka ia menyimpan makanan musim dingin dan hanya dimakan ketika memang telah datang masanya. Dan agar biji-bijian yang ia simpan tidak tumbuh di dalam tempat penyimpanan, ia membelah biji tersebut dari tengah agar tidak tumbuh.
Mahasuci Allah yang telah menciptakan semut sedemikian rupa. Begitu besar hikmah yang dapat diambil dari hewan kecil ini, hingga Allah mengabadikannya menjadi nama sebuah surat dalam Alquran, yaitu surat an-Naml (semut).
Dikisahkan, suatu ketika ada seorang panglima perang Timurlang yang kalah dalam berperang dan anak buahnya sudah bercerai berai, dia melakukan tapa dan berinstrospeksi diri ke gua. Lalu dia melihat seekor semut yang merangkak naik ke atas batu besar. Semut itu jatuh, kemudian merangkak lagi dan jatuh lagi. Hal ini terjadi sampai berulang kali, namun si semut tetap beruasaha dan berusaha, sehingga akhirnya ia berhasil sampai ke atas batu besar tersebut.
Melihat pemandangan seperti itu, Timurlang berkata dalam hati, “Demi Allah, peristiwa ini menakjubkan; seekor semut mengulangi upayanya untuk menaiki batu besar hampir dua pulu kali, sementara saya dan bala tentara saya baru mencoba satu kali. Alangkah lemahnya kami, betapa hinanya kami. Saya seharusnya lebih pantas untuk bersabar dan berusaha keras dari pada semut tersebut.”
Dia kemudian melanjutkan perjalanannya kembali dan mengumpulkan sisa-sisa anak buahnya untuk menyusun strategi perang kembali. Mereka beikrar untuk berperang sampai titik darah pengabisan. Dengan modal niat dan tekad yang membara mereka menuju medan pertempuran. Kali ini mereka berhasil memenangkan pertempuran.
Sifat semut yang dipaparkan di atas tidak lain merupakan sifat seorang muslim sejati. Dia akan senantiasa berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuannya. Dia akan selalu sabar, teguh, dan tekun tanpa mengenal kata lelah. Kegagalan tidak akan menyurutkan semangatnya untuk tetap terus berusaha menggapai tujuannya.
Usaha dan usaha. Karena itu yang harus dilakukan oleh setiap orang, dengan dibarengi sikap tawakal kepada Allah. Sebab hanya di tangan Allah ketentuan keberhasilan dan kegagalan seseorang. Alquran menyebutkan tentang perintah Nabi Ya’qub kepada anak-anaknya untuk mencari berita tentang nabi Yusuf. ”Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS Yusuf (12): 87).
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani, Nabi bersabda, ”Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan, dilakukan secara itqan (tepat, terarah, jelas, dan tuntas).”
Nabi pun memberikan suatu keteladan yang luar biasa dalam hal keteguhan untuk mencapai tujuan. Sejarah telah menerangkan bagaimana ketegaran dan keteguhan Nabi ketika menyeru Islam kepada kaum kafir Quraisy. Berbagai godaan, hinaan, ancaman yang dihadapkan kepada beliau tidaklah mampu menyirnakan keteguhan dalam berdakwah. Wallahu a’lam bi al-shawab.