Selasa, 25 September 2012

Membela Allah ?

Islam, sejak masa-masa awal, tidak pernah kering dari cobaan. Kebenaran memang selalu melalui masa-masa ujian. Itu sudah menjadi semacam resiko. Betapapun lurusnya jalan suatu kebenaran pasti pada saatnya akan menjumpai gangnguan dan cobaan.
Salah satu bukti bahwa Islam adalah kebenaran, Islam justru semakin besar setelah masa-masa ujian berlalu. Semakin besar tekanan kepada Islam, semakin luas pula wilayah perkembangannya. Ketika tentara Perang Salib sempat mengalahkan pasukan Islam, justru saat itu menjadi titik awal masuknya ide-ide dari para pemikir muslim ke Eropa, seperti ilmu kedokteran Ibnu Sina, filsafatnya Al-Farabi, dll. Hal mana transmisi pengetahuan tersebut membuat peradaban Eropa menjadi tercerahkan.
Peristiwa runtuhnya Wold Trade Center 9/11/2001 akibat dihantam pesawat berbadan lebar secara sengaja memunculkan kontraversi seputar tragedi itu. Ada yang menyatakan pesawat itu dibajak teroris dari Timur Tengah dan ditabrakkan ke WTC. Versi lain, menyatakan pengaitan tragedi itu dengan terorisme adalah rekayasa belaka, sebab pada hari itu, hampir semua karyawan yang beretnis Yahudi mengambil cuti secara serentak, hingga mereka selamat dari petaka itu. Yang paling nyata adalah warga Amerikalah yang menderita.
Tesis yang muncul pasca tragedi runtuhnya WTC itu adalah hancurnya reputasi Islam, khususnya di Amerika. Tetapi justru tragedi itu membuat banyak orang Amerika yang ingin mengetahui Islam. Mereka yang sebelumnya tidak tahu dan tidak perduli, menjadi ingin mempelajari Islam. Mereka yang tertarik dan akhirnya menjadi muallaf menjadi jauh lebih besar. Saat ini bahkan telah berdiri tiga madrasah tahfidhul qur’an di Amerika.
Upaya pelemahan Islam terjadi secara sistematis maupun sporadis selalu saja terjadi. Yang paling aktual adalah munculnya film Innocence of Muslims. Umat Islam boleh saja merespon film yang menjelek-jelekan citra Islam itu asal masih tetap dalam koridor wajadilhum billati hiya ahsan (berpolemik dengan argumentasi yang terbaik). Sikap yang berlebihan, apalagi yang destruktif sudah tentu harus dihindari. Bukankah ini bukan kali pertama terjadi. Sejak masa Nabi pelecehan terhadap Islam sudah amat sering terjadi
Pada masa Khulafaur Rasyidun, pemeluk Islam telah berkembang dan tersebar sampai jauh ke negeri-negeri yang jauh. Islam bukan lagi hanya sebuah agama tetapi sudah membentuk peradaban tersendiri yang spesifika. Perluasan peradaban ini terkadang berbenturan dengan peradaban lain dan menimbulkan pertentangan dan perang.
Muncul kemudian pameo bahwa Islam disebarkan dengan pedang. Eufismis dari sebuah pandangan bahwa kejayaan Islam merupakan buah dari sikap memaksa orang untuk memeluknya, bukan karena keinginan yang tulus. Islam tidak akan mendunia kalau tidak melalui peperangan.
Padahal, fakta sejarah membantah pandangan tersebut.  Penyebaran Islam di Asia, Eropa, dan banyak negara lain justru kebanyakan melalui perdagangan. Tidak mungkin Islam bercokol beberapa abad di Spanyol tanpa adanya orang-orang Islam yang mendahului tiba di sana. Tidak ada bukti yang dapat menginformasikan adanya pengiriman atau penyebaran tentara Islam dari jazirah Arab ke banyak negara Asia dan Afrika untuk penaklukan. Yang ada hanya armada pedagang yang membawa peradaban Islam dalam tata cara perdagangan mereka.
Tentu saja fakta ini sangat berbeda dengan penaklukan kaum kolonial Spanyol dan Portugis yang membawa agenda ekspedisi: gold, gospel, glory (perburuan emas, penyebaran agama, dan membangun kejayaan) – untuk menyebut mencari harta di tanah orang, menyebarkan agama kepada bangsa lain, dan membentuk koloni di negeri yang jauh.
Ujian bagi Islam tidak akan pernah usai sampai saat ini bahkan pada masa-masa yang akan datang. Bentuknya pun yang berbeda-beda. Pun kemunculannya bisa datang dari mana saja, meski sampai saat ini secara keseluruhan datang dari Barat. Ada yang berbentuk tekanan militer seperti di Palestina, ada yang berwujud westernisasi seperti di beberapa negara pesisir jazirah Arab, ada juga yang melalui arus informasi yang tidak terbendung seperti di Indonesia, dan sebagainya. Dampaknya serupa, yakni menjauhkan umat Islam dari Islamnya sendiri.
Akankah Islam akan runtuh dengan berbagai ujian tersebut? Tentu tidak, sebab Allah telah memberikan janjiNya bahwa satu-satunya agama di sisiNya adalah Islam (Ali Imran: 19): “Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah Islam.” Kemudian dalam Surat Al-Maidah: 3, Allah menegaskan “… Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Kuridhai Islam  jadi agama bagimu”.
Islam telah diamanatkan Allah bagi manusia yang bertakwa. Allah sendiri yang menjamin keberlangsungannya. Dia sendiri yang akan melindungi Islam, dan Dia tidak butuh manusia sebagai penolongNya. Tidak mungkin Dia membiarkan agama yang diridhaiNya runtuh.
Kecintaan dan fanatisme Umat kepada agama ini tidak harus diwujudkan dengan memusuhi orang di luar Islam karena cara itu sesungguhnya bukan ajaran Nabi. Yang beliau ajarkan justru “tidak ada paksaan dalam beragama.” Biarlah mereka dengan sesembahan mereka, dan Allah sendiri yang akan memberikan keputusanNya kelak.
Adapun kaitannya orang atau kelompok yang membenci Islam dan berusaha menghancurkan umat Islam, Allah telah menjelaskan di dalam Surat An-Nisa: 45, “Dan Allah lebih mengetahui  tentang musuh-musuhmu. Dan cukuplah Allah menjadi Pelindung. Dan cukuplah Allah menjadi Penolong.”
Tidak ada yang mustahil bagi Allah, termasuk untuk menghukum pihak-pihak yang memusuhi Islam. Kaum ‘Ad, kaum Tsamud, kaum Nabi Nuh, dsb dapat dijadikan bukti fakta yang dapat dipelajari. Biarlah Allah sendiri yang akan menentukan nasib bangsa Israel, orang Eropa dan Barat yang banyak memusuhi Islam, karena mereka bertahan di muka bumi ini semata karena ijin Allah, dan agar menjadi ujian bagi umat Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar