Islam menentukan adanya bulan-bulan mulia
(asyhur al-hurum), Rajab, Sya'ban, Ramadlan, Dzulhijjah, dan Muharram.
Di antara kelima bulan itu Ramadlan merupakan bukan yang paling mulia. Banyak
hal yang menjadikan ramadlan sebagai bulan yang istimewa, diantaranya yang
terpenting adalah kewajiban puasa, nuzul al-Qur'an, dan lailat al-qadr.
Nabi banyak memberikan anjuran kepada
umatnya agar menyambut datangnya bulan ini dengan berbagai persiapan dan
mengisinya dengan berbagai perbuatan baik. Tidak hanya menganjurkan, Nabi
sendiri memberi contoh dalam meningkatkan kebaikan di bulan ini. Berikut
beberapa contoh perbuatan Nabi selama bulan Ramadlan:
Begitu masuk bulan Ramadlan, Nabi
bersegera melakukan berbagai macam kebaikan, seperti salat berjama'ah, salat
sunnah, mengeluarkan sedekah, membaca al-Qur'an dan sebagainya. Beliau
bersabda: "Apabila datang malam pertama bulan Ramadlan, dibelenggulah
syetan dan jin, ditutuplah pintu-pintu nereka, dan dibukalah pintu-pintu surga,
kemudian diserukan: wahai orang yang mendambakan kebaikan, datanglah! dan wahai
orang yang tak suka kebaikan, bermalaslah! (artinya, engganlah memperbanyak
amalmu). Dan sesungguhnya dalam bulan Ramadlan ini setiap malamnya Allah swt.
membebaskan orang-orang yang dikehendaki-Nya dari api neraka. (HR.
Turmudzi)
Nabi melipatgandakan perbuatan baiknya.
Salman meriwayatkan bahwa pada suatu hari di penghujung bulan Sya'ban
Rasulullah bersabda, "Wahai sekalian manusia, telah datang kepadamu
bulan yang agung, penuh keberkahan, di dalamnya terdapat satu malam yang lebih
baik dari seribu bulan; diwajibkan padanya puasa; dan dianjurkan untuk
menghidupkan malam-malamnya. Maka barang siapa yang mengerjakan satu kebajikan
pada bulan ini, seolah-olah ia mengerjakan satu perintah kewajiban di bulan
lain, dan siapa yang mengerjakan ibadah yang wajib, seakan-akan ia mengerjakan
tujuh puluh kali kewajiban tersebut di bulan yang lain."
Begitulah salah satu cara Allah untuk
mengistimewakan Ramadlan, yaitu dengan melipatgandagan pahala setiap perbuatan
baik yang dilakukan oleh umat Islam: pahala mengerjakan ibadah sunnah sama
dengan pahala mengerjakan ibadah wajib, sedangkan ibadah wajib akan dibalas
tujuh puluh kali lipat pahalanya.
Nabi juga sangat pemurah dan sangat gemar
bersedekah serta memberi makan orang yang berpuasa. Diriwayatkan oleh Imam
Bukhari bahwa Rasulullah adalah orang yang paling pemurah, lebih-lebih pada
bulan Ramadlan. Dilukiskan bahwa beliau bagaikan hembusan angin yang lembut,
membawa banyak karunia, menabur kegembiraan di hati orang mukmin. Diriwayatkan
pula bahwa beliau sangat penderma, bahkan tidak pernah menolak permintaan
apapun yang diajukan ke beliau.
Nabi juga memperbanyak berdo'a, terutama
ketika hendak berbuka puasa. Beliau bersabda: "Saat-saat berbuka adalah
saat yang paling tepat dan mujarab bagi orang yang berpuasa untuk berdoa."
Dan doa yang selalu diucapkan ketika berdoa adalah "Ya Allah, hanya
karenamu aku berpuasa, dan dengan rizkimu aku berbuka, telah hilang haus dan
dahaka, maka tetap hauslah pahala bagiku, ya Allah!!".
Selalu tadarrus (membaca al-Qur'an).
Setiap malam bulan Ramadlan Malaikat Jibril selalu datang menemui Rasulullah,
dan bersama-sama membaca al-Qur'anHikmah tadarrus Rasulullah di antaranya
adalah untuk mengajarkan umatnya agar rajin membaca al-Qur'an, terutama di
bulan Ramadlan, di setiap waktu, apalagi di malam hari, dan ketika mengerjakan
shalat malam (tahajjud).
Nabi meningkatkan frekuensi ibadahnya
terutama pada sepuluh hari terakhir dengan bertujuan untuk meraih lailatul
qadar. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Barangsiapa
yang beribadah pada malam lailatul qadar dengan penih keimanan dan harapan,
Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah ia lakukan."
Seperti kita ketahui, bahwa ibadah pada
malam ini sama nilainya dengan kita beribadah seribu bulan lamanya. Dan doa
yang paling afdhol (paling utama) diucapkan pada malam itu adalah: "Ya
Allah, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pengampun dan Pemurah serta sangat suka
memaafkan. Maka ampunilah kesalahan-kesalahan kami, ya Allah. (Allaahumma
innaka 'afuwwun kariim, tuhibbu al-'afwa fa'fu 'annaa yaa kariim).”
Diriwayatkan: barang siapa yang shalat Maghrib dan Isya' berjama'ah pada malam
Lailatul Qadar itu, maka ia telah mendapatkan sebagian besar keutamaan malam
Lailatul Qadar itu. Riwayat yang lain mengatakan, "Siapa yang shalat Isya'
berjama'ah pada malam Lailatul Qadar itu, seakan-akan ia telah menghidupkan
separuh malam tersebut, dan bila ia menunaikan shalat Subuhnya, maka ia telah
menyempurnakan seluruh malam Lailatur Qadar tersebut.
Itulah beberapa jejek Nabi pada bulan
Ramadlan, yang pada dasarnya beliau mengajarkan umatnya agar bersungguh-sungguh
meraih kebaikan-kebaikan yang ada padanya, dengan berbuat keta'atan, kebaikan,
ibadah, terutama ibadah-ibadah sosial, seperti menolong orang lain, meringankan
beban hidup orang lain, menyantuni anak yatim dan orang-orang yang papa atau
memberi makan orang yang akan berbuka puasa. Di samping itu beliau juga
mengajarkan umatnya agar menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan munkar,
makruh, dan mubah, apalagi yang haram. Bahkan beliau memperingatkan dengan
sabdanya: "Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan-perkataan dan
perbuatan-perbuatan keji atau kotor (seperti berdusta, membicarakan orang lain
atau mengadu domba), maka tidak ada artinya puasanya itu, kecuali ia hanya
merasakan lapar dan dahaga saja."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar