Senin, 15 April 2013

Akibat Rakus

Dikisahkan, ada ada seorang lelaki yang sengaja menjumpai Nabi Isa untuk mengutarakan keinginannya untuk bersahabat dengannya. "Aku ingin sekali bersahabat denganmu kemana saja kamu pergi," kata lelaki itu. Keianginan kuat lelaki membuat Isa tak kuasa untuk menolak. "Baiklah kalau demikian." Jawab Isa.
Pada suatu hari, mereka berjalan berdua di tepi sungai. Sudah semakin jauh jarak yang ditempuhnya. Mereka merasa capek, haus dan lapar. Mereka kemudian berhenti sejenak untuk istirahat. Dikeluarkanlah bekal makanan mereka dan dibagi dua.
Lelaki itu segera memakan bagiannya. Sementara Nabi Isa turun dulu ke sungai untuk membasahi tenggorokannya. Sekembalinya dari sungai, ia melihat roti bagiannya telah lenyap. "Siapa yang telah mengabil sepotong roti bagianku?" tanya Isa kepada sahabatnya itu. Lelaki itu menjawab, "Aku tidak tahu."
Setelah dirasa cukup istirahatnya, mereka berdua kemudian melanjutkan perjalanannya. Nabi Isa tanpak lemas karena perutnya hanya terisi seteguk air. Tiba-tiba ia melihat seekor rusa dengan kedua anaknya. Dipanggillah salah satu anak rusa itu untuk disembelih dan dibakar.
Mereka berdua kemudian memakan daging anak rusa itu dengan lahap. Setelah dirasa cukup, Nabi Isa menyuruh anak rusa yang telah dimakan itu supaya hidup kembali. Berkat izin Allah anak rusa itu pun hidup kembali dan kembali berkumpul dengan induknya.
Nabi Isa kemudian bertanya kepada sahabatnya itu, “Demi Allah, yang telah memperlihatkan kepadamu bukti kekuasaan-Nya itu, siapakah yang mengambil sepotong roti bagianku tadi ?" lelaki itu masih tetap menjawab, "Aku tidak tahu."
Mereka berdua kemudian meneruskan perjalanannya hingga sampai ke tepi sungai. Lalu Nabi Isa memegang tangan sahabatnya itu dan mengajaknya berjalan di atas air hingga sampai ke seberang. Ia kembali bertanya kepada sahabatnya itu, "Demi Allah, yang memperlihatkan kepadamu bukti kukuasaan-Nya ini, siapakah yang mengambil sepotong roti tadi ?" lagi-lagi lelaki itu menjawab, "Aku tidak tahu."
Kemudian mereka berjalan lagi sampai keduanya berada di hutan. Ketika keduanya sedang duduk istirahat, Nabi Isa mengambil segumpal tanah, lalu diperintahkan untuk berubah menjadi segumpal emas. Berkat izin Allah tiba-tiba segumpal tanah itu berubah menjadi emas.
Nabi Isa kemudian membagi emas itu menjadi tiga, dan berkata, "Untukku sepertiga, dan kamu sepertiga, sedang sepertiga ini untuk orang yang mengambil roti." Lelaki itu kemudian menyahut, "Berarti yang sepertiga lagi ini untukku, karena akulah yang mengambil roti itu." Kemudian Nabi Isa berkata, "Kalau begitu, ambillah semua bahagian ini untukmu."
Setelah itu Nabi Isa meminta untuk berpisah untuk meneruskan perjalanannya sendiri-sendiri. Tidak lama kemudian lelaki itu didatangi oleh dua orang perampok yang terkenal sangat kejam. Mereka tak segan membunuh korbannya. Lelaki itu merasa takut, tapi ia memberanikan diri untuk bernegosiasi, "Apa tidak lebih baik kita bagi tiga saja emas ini ?" Mereka menyetujuinya.
Salah seorang di antara mereka disuruh pergi ke pasar untuk berbelanja makanan. Seorang yang berangkat ke pasar terbersit dalam pikirannya untuk menguasai semua bagian emas itu. Ia pun bermaksud mencampurkan racun dalam makanan yang akan dibelinya.
Tanpa disadarinya, kedua orang yang masih tetap tinggal juga punya maksud yang sama. "Untuk apa kita membagi harta ini, lebih baik jika ia datang, kita bunuh saja, lalu harta itu kita bagi dua," kata salah seorang dari mereka dan disetujui oleh yang lain. Ketida seorang yang belanja tadi datang, mereka langsung menyergap dan membunuhnya. Seusai membunuh, mereka kemudian memakan makanan yang sudah dibumbui racun. Mereka pun akhirnya mati. Tiga bagian emas itu pun tergeletak tak bertuan.
 Begitulah contoh fitnah yang ditimbulkan oleh dunia. Manusia dititahkan oleh Allah untuk mengelola dunia ini, bukan untuk menguasai sepenuhnya. Keinginan untuk menguasai sepenuhnya inilah yang justru acap kali menimbulkan bencana, baik bencana alam maupun bencana kemanusiaan, sesuai dengan garis yang telah diletakkan oleh Allah bahwa semua kejadian di muka bumi ini memang akibat ulah manusianya sendiri.
Dunia memang berpotensi untuk membuat orang berlebihan dalam ketertarikannya. Hal inilah yang menjadi pangkal timbulnya sikap rakus. Jika orang sudah terjangkit penyakit ini maka ia akan melakukan segala macam cara untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, termasuk dengan cara membunuh dan merusak.
Allah memerintahkan manusia untuk mengatur dunia ini, bukan memilikinya secara utuh. Makanya Allah menyebut perintah ini dengan sebutan khalifah (khilafah) bukan malik (mamlakah). Manusia punya tanggungjawab penuh untuk melaksanakannya sesuai dengan garis yang telah diletakkan oleh Allah (syari’ah). Dengan demikian, semua kejadian penyimpangan menjadi tanggungjawab penuh manusia, termasuk akibat yang ditimbulkan dari perbuatannya itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar