Kamis, 17 Januari 2013

Beda Antara Sabar dan Mengeluh


Biasanya orang sangat bersemangat saat menceritakan keberhasilannya dalam suatu usaha. Tetapi ia meratap jika usahanya itu gagal. Sikap seperti ini sudah umum, bahkan dapat dibilang lumrah. Padahal kalau diamati secara jernih belum tentu keberhasilan itu merupakan suatu rahmat. Sebaliknya kegagalan itu merupakan suatu cobaan atau azab.
Orang acap kali menggunakan materi duniawi sebagai parameter rahmat atau ujian. Nabi pernah menyabdakan bahwa kekayaan itu bukan terletak pada tumpukan kekayaan tetapi pada kelapangan hati. Sabda ini sekaligus dapat menunjukkan bahwa parameter rahmat atau unjian itu juga pada hati.
Tegasnya, hati yang sadar akan memahami bahwa apa yang diterimanya dari Tuhan itu merupakan rahmat atau ujian. Bahkan kadang hati tidak mempedulikan antara keduanya karena keduanya membutuhkan kesabaran meski mungkin kadar kesabarannya berbeda karena terkait dengan kecenderungan manusia pada hal-hal material (nafsu).
Orang yang telah memiliki kejernihan hati, ia tidak akan pernah mengeluh. Justru ia banyak bersyukur karena segala yang diterimanya, baik berupa rahmat atau ujian, disikapi dengan pikiran positif.
Dikisahkan, dalu ada seorang yang bernama Abu Hassan yang pergi haji ke Makkah. Saat wuquf di padang Arafah ia melihat seorang wanita yang berparas cantik dan menawan. Ia menggumam, “Demi Allah, selama ini aku belum pernah melihat wajah secantik dan semenawan ini. Mungkin wajah seperti ini hanya dimiliki oleh orang yang tidak pernah mengalami kesusuhan dan kesedihan. “
Gumaman Abu Hasan sabar terdengar wanita itu. “Apa Apakah katamu, hai saudaraku?” Tanya wanita itu kepada Abu Hasan. Tanpa menunggu jawaban Abu Hasan wanita itu kemudian menjelaskan, ”Demi Allah aku telah diseliuti rasa duka cita yang teramat dalam. Mungkin hanya aku yang mengalaminya di dunia ini.”
“Apa yang membuatmu bersedih?” Tanya Abu Hassan. Wanita itu kemudian mengisahkan bahwa dulu ia hidup bahagia bersama suami dan dua orang anaknya, anak  yang pertama sudah seusia TK dan yang kedua masih balita.
Pada suatu hari ketika suaminya sedang menyembelih kambing kurban, dan dia sendiri sedang menyiapkan makanan di dapur, dia dikejutkan oleh ajakan anak pertamanya kepada adiknya; “Dik, kamu mau kakak tunjukkan cara ayah menyembelih kambing?” Si adik yang masih lugu pen mengiyakan.
Lalu si kakak menyuruh adiknya tidur berbaring dan menyembelih leher adiknya itu. Darah segar memucrat setelah pisau dapur yang dia pegang mengiris kulit leher adiknya. Pemadangan itu membuatnya takut, hingga ia lari kea rah bukit dan tak pernah kembali lagi. Diperkirakan anak itu telah tewas diterkam srigala.
Suaminya kemudian pergi mencari anak itu. Ia pun tak pernah kembali lagi. Mungkin ia juga diterkam srigala atau mati kehausan. Di saat yang sama anaknya yang kedua merangkak ke tepi periuk yang berisi air panas, ditariknya periuk tersebut dan air panas pun tumpah mengguyur sekujur tubuhnya. Ia pun jatuh pinsan dan kemudian meninggal dengan tubuh melepuh.
“Sejak saat itu aku hidup sebatang kara hingga saat ini.” Tegas wanita itu mengakhiri ceritanya. Abul Hassan lalu bertanya, “Bagaimana bias sabar menghadapi semua musibah yang sangat berat itu ?”
Wanita itu menjawab, "Tiada seorang pun yang dapat membedakan antara sabar dengan mengeluh melainkan ia menemukan di antara keduanya ada jalan yang berbeda. Sabar adalah dengan memperbaiki yang nampak mata karena itu merupakan hal yang baik dan terpuji. Sedang mengeluh hanya akan memperparah kondisi dan tidak akan mengembalikan semua yang telah hilang.”
Setiap orang memang cenderung suka mengeluh. Tuhan sendiri telah menyatakan hal ini di dalam Alquran. Tetapi itu suatu kebiasaan buruk yang dimiliki manusia dan jelas tidak disukai-Nya. Untuk itu Tuhan memberi balasan yang amat besar bagi siapa pun yang mau bersabar, sebagaimana disabdakan Nabi dalam satu hadis qudsi, “Tidak ada balasan bagi hamba-Ku yang mukmin, jika Aku ambil kekasihnya dari ahli dunia kemudian ia sabar, melainkan surga.”
Sebaliknya Tuhan sangat membeci sikap mengeluh, sebagaimana sabda Nabi, “Ada tiga macam tanda kekafiran terhadap Allah, yaitu merobek baju, mengeluh dan menghina nasab orang.”
Begitulah contoh orang yang mampu bersabar dan mampu membedakan antara kesabaran dan keluhan. Bukahkah sekarang banyak orang yang ingin menunjukkan sikap sabarnya dalam menghadapi ujian dari Allah, tetapi hal itu ditunjukkan dengan mengungkapkan ujian yang sedang atau telah dihadapinya dengan nada keluhan, seolah ia telah atau sedang benar-benar hancur tapi ia tetap mampu bertahan!!!. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar