Kamis, 14 Maret 2013

Agama Nasehat

Pada suatu kesempatan Nabi menjelaskan kepada para sahabatnya bahwa "Agama itu nasehat." Mereka bertanya, “Untuk siapa?” Ia menjawab, “Untuk Allah, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin, dan mereka secara umum."
Tampaknya jawaban Nabi ini dapat dipahami secara jelas untuk dua objek yang terakhir, tetapi untuk tiga objek yang pertama mungkin masih samar bagi sebagian umat Islam. Karenanya, hampir setiap ahli hadits memberikan penjabaran. Kalau makna nasehat adalah mengharapkan kebaikan pada orang lain, maka bagaimana mungkin hal itu diharapkan pada ketiga objek tersebut. Hal ini benar, tetapi yang patut diingat adalah adanya implikasi kebaikan bagi yang memberi nasehat baik secara langsung atau tidak. Implikasi inilah yang sesungguhnya ditekankan pada nasehat di sini.
Pertama, nasehat untuk Allah. Nasehat ini diartikan sebagai suatu sikap iman secara jujur kepada-Nya melalui informasi dari Kitab maupun dari Nabi-Nya, kesediaan untuk menghambakan diri (beribadah) kepada-Nya secara tulus (ikhlas), patuh terhadap seluruh perintah dan larangan-Nya, serta mencintai dan membenci segala apa yang dicintai dan dibenci-Nya.
Pengertian seperti ini dapat ditemukan dalam penafsiran al-Qurtubi tentang pernyataan Tuhan mengenai persoalan ini dalam surat At-Taubah ayat 91. Dia menyatakan bahwa "nasehat untuk Allah adalah sikap memurnikan keyakinan tentang keesaan-Nya, memberi sifat kepada-Nya sifat-sifat ketuhanan (uluhiyah), dan mensucikan-Nya dari segala kekurangan serta mencintai apa saja yang dicintai-Nya dan menjauhi apa saja yang dibenci-Nya"
Kedua, nasehat untuk kitab-kitab-Nya (bagi umat Islam adalah al-Qur’an). Yaitu meyakini bahwa ia merupakan kalam Allah (bukan makhluk), yang diwahyukan kepada Nabi melalui Jibril, dengan berbahasa Arab, dan berfungsi sebagai pemberi peringatan dan kabar gembira, sebagaimana penegasan-Nya. Arti ini merujuk pada firman Allah "Dan sesungguhnya al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam. Ia dibawa oleh Jibril (al-ruh al-amin)  ke dalam hatimu agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan dengan bahasa Arab yang jelas."
Al-Qur’an adalah risalah yang disampaikan oleh Nabi kepada umatnya. "Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu." Ia juga merupakan kalam Allah, sebagaimana hadits dari Jabir yang diriwayatkan oleh al-Bukhari tentang suatu saat Nabi menyodorkan dirinya kepada orang yang pulang haji: "Adakah seorang yang akan membawaku kepada kaumnya, sebab orang Quraisy telah melarangku untuk menyampaikan kalam Tuhanku." 
Ketiga, nasehat bagi rasul-rasul-Nya. Yaitu membenarkan kenabiannya, selalu taat kepadannya kaitannya dengan larangan dan perintahnya, mencintai orang yang mencitainya dan membenci orang yang membencinya, menghormatinya, mencintainya dan keluarganya, mengagungkannya, dan menghidupkan sunahnya dengan pempelajari, memahami, membela, dan menyebarkannya.
Keempat, nasehat bagi para pemimpin kaum muslimin. Maksudnya adalah membantu mereka dalam menjalankan kepemimpinannya, mengingatkannya jika mereka melakukan kesalahan, mendukungnya jika mereka berada pada jalur kebenaran, selalu mendukungnya selain pada kezaliman, berupaya mengembalikan dukungan dari orang-orang yang sempat menjauh darinya, dan nasehat terbesar bagi mereka adalah menyelamatkannya dari kezaliman dengan cara yang baik.
Senada dengan pengertian ini, al-Qurtubi menjelaskan bahwa yang dimaksud nasehat ini adalah "tidak memberontak kepada mereka, membimbingnya pada kebenaran, mengiatkannya tentang urusan kaum muslimin yang dilalaikannya, tetap taat kepadanya dan memberikan hak-haknya." Al-Hafidh Ibnu Rajab menambahinya dengan sikap "mencintai kebaikan, kecerdasan, dan keadilan mereka, mencintai upayanya untuk menjaga kesatuan umat di bawah kepemimpinannya, membencinya kalau umat ini terpecah belah di bawah kepemimpinannya, mengingatkannya agar tetap menjadi orang yang beragama dengan taat, membenci orang-orang yang bersikap memberontak kepadanya, dan mencintai kemulaannya dalam urusan taat kepada Allah.”
Dan kelima, nasehat bagi kaum muslimin.  Maksudnya adalah tidak memusuhi mereka, mencintai orang shalih di antaranya, dan selalu berupaya agar mereka mendapat kebaikan. Imam Muhyiddin al-Nawawi memaksudkan nasehat ini berupa “membimbing kaum muslimin demi kebaikan di dunia dan akhirat, tidak mengganggu mereka, mengajarkan kepadanya tentang persoalan agama yang belum diketahuinya baik melalui ucapan maupun amalan, menutup aurat mereka, menghadang hal-hal yang membahayakan bagi mereka, mengusahakan agar mereka selalu mendapat kebaikan, menyeruhnya kepada yang ma'ruf, mencegahnya dari yang munkar dengan ketulusan dan kasih sayang, menyayanginya, menghormati yang tua dari mereka, menyayangi yang muda, selalu menasehati mereka, tidak menipunya, tidak dengki kepadanya, mencintai segala kebaikan yang dicintainya, membenci segala keburukan dan kejahatan yang dibencinya, membela harta dan kehormatan mereka, menganjurkannya untuk menjadikan segala kebaikan yang telah disebut sebagai akhlaknya, serta mendorongnya agar selalu melakukan amalan-amalan taat."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar