Rabu, 31 Oktober 2012

Allah Benci Kepada…

Ada orang-orang yang dicintai oleh Allah, ada pula yang dibenci-Nya. Adapun mereka yang dibenci, seperti yang diinformasikan dalam al-Qur’an, antara lain: Pertama, orang-orang yang sombong (mutakabbirin). Satu hal yang membuat mereka bersikap sombong adalah kebodohannya terutama tentang eksistensinya sebagai makhluk, seperti ditegaskan dalam al-Qur’an, ''Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, hati mereka mengingkari (keesaan Allah), sedangkan mereka sendiri adalah orang-orang yang sombong.'' (40: 76).
Orang yang berperilaku demikian berarti telah meletakkan dimensi kemanusiaannya di atas segala hal. Kemampuan akalnya telah menundukkan Tuhan berada pada kendalinya. Ia lupa bahwa yang memberinya akal adalah Tuhan. Jika kepada Tuhan saja ia bersukap demikian, maka jelas ia juga merasa lebih tinggi dari orang-orang di sekelilingnya. Orang seperti ini jelas tidak mau menerima kebenaran selain dari dirinya sendiri. Nabi menyatakan, ''Kesombongan adalah menolak kebenaran dan memandang enteng orang lain.'' (Muslim).
Kedua, orang-orang yang berlebih-lebihan (musrifin) dalam menggunakan harta dan kekayaan yang dimilikinya. Allah berfirman, ''Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya), dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.'' (6: 141).
Perilaku berlebihan dalam memanfaatkan nikmat yang diberikan Allah, selain merugikan diri sendiri, juga merupakan wujud rasa tidak bersyukur kepada-Nya. Di samping itu, perilaku ini juga cenderung menggiring orang pada pola hidup individualistik dan menghilangkan kepekaan sosial. Sebab seluruh energinya akan tercurahkan untuk mencari kepuasan pribadi, padahal hasrat manusia itu tidak akan ada habisnya jika terus diikuti. Imam Busyiri menegaskan dalam qasidah Burdahnya, “Hasrat nafsu itu seperti hasrat bayi untuk menetek ibunya. Jika dibiarkan ia akan terus menetek, tetapi ia pun akan berhenti jika dihentikan (sapeh).”
Ketiga, orang-orang yang gemar berdusta (kadzibin). Dusta merupakan sikap orang munafik, selain tidak menepati janji dan tidak dapat dipercaya. Nabi menjelaskan, “Tanda orang munafik itu ada tiga, yaitu jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia tidak menepati, dan jika dipercaya ia berkhianat.” (Bukhari dan Muslim)
Orang yang gemar berdusta ia akan tersingkir dari pergaulannya, karena orang di sekelilingnya tidak akan percaya kepadanya bahkan membencinya. Kalau manusia saja membencinya apalagi Tuhan. Nabi juga sangat membenci pendusta, apalagi hal itu dilakukan kepada dirinya (agama). Ia mengungkapkan, “Siapa yang berdusta atas namaku maka sialahkan ambil tempatnya di neraka.”
Termasuk pendusta adalah orang yang berjanji untuk menggunakan harta pada jalan Allah dan membantu orang lain apabila kaya. Namun, ketika kaya ia lupa terhadap janji itu. Allah berfirman, ''Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah, 'Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh'. Maka, setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). Maka, Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta.'' (9: 75-77).
Keempat, orang-orang yang berbuat kerusakan (mufsidin) dan melampaui batas. Orang yang gemar menciptakan kerusakan dapat dipastikan ia tidak memiliki i’tikad baik untuk menciptakan pola hidup yang harmoni. Suatu sikap yang bertentangan dengan ajaran Tuhan. Untuk itu Ia sangat membencinya, seperti dalam firman-Nya, ''Janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.'' (28: 77).
Perbuatan merusak ini sangat banyak jenisnya, baik ditujukan pada diri sendiri seperti mengkonsumsi narkoba, judi, dll., maupun pada lingkungan sekitar seperti melakukan pengerusakan terhadap fasilitas-fasilitas umum. Termasuk kategori kedua ini adalah melakukan ekploitasi sumber daya alam yang tidak mempedulikan ekosistem alam hingga mengakibatnya terjadinya banyak bencana, juga teknologi produksi yang tidak ramah lingkungan hingga berakibat buruk baik bagi manusia maupun alam sekitarnya.
Begitu juga dengan orang yang melampaui batas dengan menghalalkan yang haram atau sebaliknya. Dengan sikapnya itu berarti ia tidak lagi mengindahkan batas-batas yang telah digariskan oleh Tuhan. Kebencian Tuhan kepadanya seperti tersurat dalam firman-Nya, ''Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.'' (5: 87).
Sudah tentu, setiap muslim hendaknya menjauhkan dirinya dari sikap dan perilaku orang-orang yang dibenci oleh Allah ini. Sebab, perilaku tersebut di samping dapat merusak dan menghancurkan tatanan kehidupan pribadi, juga merusak tatanan kehidupan keluarga, masyarakat, dan bangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar