Kamis, 20 Desember 2012

Tabaruk Dengan Dzikir

Barakah (dalam kosa kata kita menjadi berkah) berarti kebaikan.  Dalam konteks teologis kata ini diartikan kebaikan Tuhan. Al-Raghib al-Asfihani mengartikan barakah yaitu tetapnya kebaikan Allah terhadap sesuatu.
Kata barakah merupakan akar kata tabarruk yang berarti mencari berkah. Tabaruk menjadi sangat penting, menurut Islam, karena pada hakekatnya tidak ada yang mampu memberi kebaikan kepada manusia dan seluruh makhluk selain Allah.
Kebaikan dalam bentuk rizki yang cukup, kemampuan untuk menyelesaikan masalah, kesembuhan dari derita sakit, dan lain-lain merupakan berkah Allah yang disediakan bagi manusia. Siapa saja boleh memintanya, bahkah Allah sendiri telah menganjurkan untuk memintanya (berdoa).
Soal media (tawasul) bisa dalam bentuk apa saja. Yang penting tidak mengesampingkan kayakinan bahwa hanya Allah yang mampu memberi berkah. Hadis riwayat Imam Bukhari dari Ibnu Masiud berikut dapat dijadikan gambaran tentang hal ini.
Ibnu Mas’ud berkata: Kami bersama Rasulullah dalam suatu perjalanan. Ketika itu persediaan air sedikit. Maka beliau bersabda : “Carilah sisa air!” Para shahabat pun membawa bejana yang berisi sedikit air. Lalu Rasulullah memasukkan tangan beliau ke dalam bejana tersebut seraya bersabda : “Kemarilah kalian menuju air yang diberkahi dan berkah itu dari Allah.” Sungguh aku (Ibnu Mas’ud) melihat air terpancar di antara jari-jemari Rasulullah.
Mengharapkan berkah Allah juga bisa dengan menggunakan ucapan atau bacaan yang bernilai dzikir (menyebut dan mengingat) kepada Allah. Sebagaimana dapat dipahami dari sebuah hadis yang cukup panjang yang diriwayatkan Abu Hurairah. 
Rasulullah pernah bersabda: Sesungguhnya Allah memiliki para Malaikat yang biasa berkeliling di jalan mencari orang-orang yang berdzikir. Jika mereka mendapatkan suatu kaum yang berdzikir kepada Allah, mereka pun saling memanggil: “Kemarilah pada apa yang kalian cari (hajat kalian).”
Maka para Malaikat pun menaungi mereka dengan sayap mereka sampai ke langit dunia. Lalu Allah bertanya kepada para Malaikat itu sedangkan Allah Maha Tahu : “Apa yang diucapkan para hamba-Ku?” Para Malaikat menjawab : “Mereka bertasbih, bertakbir, bertahmid, dan memuji Engkau.” Allah bertanya : “Apakah mereka melihat Aku?” Para Malaikat tersebut menjawab : “Tidak, demi Allah, mereka tidak melihat Engkau.”
Allah bertanya lagi : “Bagaimana sekiranya jika mereka melihat Aku?” Para Malaikat menjawab : “Sekiranya mereka melihat Engkau, niscaya mereka tambah bersemangat beribadah kepada-Mu dan lebih banyak memuji serta bertasbih kepada-Mu.” Allah bertanya : “Apa yang mereka minta?” Para Malaikat menjawab : “Mereka minta Surga kepada-Mu.”
Allah bertanya : “Apakah mereka pernah melihat Surga?” Para Malaikat menjawab : “Sekiranya mereka pernah melihatnya, niscaya mereka lebih sangat ingin untuk mendapatkannya dan lebih bersungguh-sungguh memintanya serta sangat besar keinginan padanya.” Allah bertanya : “Dari apa mereka minta perlindungan?” Para Malaikat menjawab : “Dari neraka.”
Allah bertanya : “Apakah mereka pernah melihatnya?” Para Malaikat menjawab : “Tidak, demi Allah, mereka belum pernah melihatnya.” Allah bertanya : “Bagaimana kalau mereka melihatnya?” Para Malaikat menjawab : “Seandainya mereka melihatnya, niscaya mereka tambah menjauh dan takut darinya.” Allah berfirman : “Aku persaksikan kepada kalian bahwa Aku telah mengampuni mereka.”
Seorang di antara Malaikat berkata : “Di antara mereka ada si Fulan yang tidak termasuk dari mereka (orang-orang yang berdzikir), dia hanya datang karena ada keperluan.” Allah berfirman : “Tidak akan celaka orang yang duduk bermajelis dengan mereka (majelis dzikir).”
Dari hadis ini diketahui betapa besar berkah dzikir, ia mengandung pengampunan dosa dan jaminan masuk surga bukan hanya bagi orang yang berdzikir saja, tetapi juga mencakup orang yang duduk bersama mereka. Di sinilah pentingnya majlis-majlis dzikir, yaitu mengharapkan berkah Allah yang diturunkan melalui majlis itu.
Permohonan apapun yang dipanjatkan orang yang berdzikir akan dikabuklah Allah, sebagaimana penjelasan Nabi dalam hadis di atas. Kenapa bisa demikian? Sebab dalam dzikir terkandung suatu kesadaran manusia tentang keberadaannya sebagai makhluk yang lemah, ia tidak mampu berbuat apa-apa jika tanpa pertolongan Allah.
Karena ini, tidak heran jika sahabat Umat bin Khattab selalu menganjurkan berdzikir kepada siapa saja yang meminta doa kepadanya. Orang yang datang kepadanya untuk memohon doa agar segera turun hujan, Umar menyarankan untuk memperbanyak dzikir. Saran yang sama pun diberikan kepada orang yang mengeluh soal jodoh bagi putrinya, sakit yang tidak sembuh-sembuh, kondisi ekonomi yang sulit, dll. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar