Minggu, 09 Desember 2012

Akibat Menantang Tuhan

Alhijr adalah nama sebuah wilayah yang terletak di antara Hijaz dan Syam. Di daerah dengan tanah yang subur itu hidup kaum Tsamud, kaum Nabi Saleh. Tentang kesuburan tanah Alhijr dapat disimak pada kisah kaum Aad, kaum Nabi Hud yang telah dihancur-binasakan Allah dengan sapuan angin topan, karena saat itu secara geografis masuk dalam wilayah kekuasaan kaum Aad.
Seperti kaum Aad, kaum Tsamud juga menikmati kesuburan tanah Alhijr. Mereka hidup sejahtera, bahkan menganggap kesejahteraan itu tidak akan hilang sampai anak turun mereka. Hidup aman dan sejahtera di satu sisi dan paham paganisme yang dianut secara turun-temurun di sisi lain membuat mereka enggan menerima ajakan Nabi Saleh untuk bertauhid.
Hanya sebagian kecil dari mereka yang terbuka mata hatinya untuk mengimani ajaran yang dibawa Nabi Soleh. Sementara mayoritas mereka menentang, bahkan mencurigai ada maksud-maksud tertentu di balik ajakan Nabi Saleh. Mereka tidak yakin kalau Saleh yang dikenal pandai dan cerdas itu bersedia hanya menjadi penyampai risalah yang aneh itu.
Meski demikian, mereka resah juga dengan gerakan dakwah Nabi Saleh. Mereka kemudian merancang strategi penghadangan. Mereka menantang Nabi Saleh untuk menunjukkan bukti konkrit kebenaran ajaran tuhannya melalui suatu peristiwa yang luar biasa (mukjizat). Mereka menyuruh Nabi Saleh untuk membuat seekor unta dari bongkahan batu karang. Mereka sepakat untuk mengikuti Nabi Saleh jika permintaannya itu terbukti.
Berkat kekuasaan Allah, Nabi Saleh berhasil mengeluarkan seekor unta betina dari bongkahan batu karang yang ditunjuk. Ia kemudian berkata kepada kaum Tsamud, “Ini unta Allah, jangan kalian ganggu. Biarkan ia mencari makan sendiri di atas bumi Allah. Ia memperoleh hak giliran untuk mendapatkan air minum sebagaimana yang kalian dapatkan untuk kalian dan hewan ternak kalian. Dan ketahuilah bahwa Allah akan menurunkan azab-Nya bila kalian mengganggu binatang ini.”
Namun keberhasilan Nabi Saleh ini tidak serta merta membuat kaum Tsamud tunduk. Mereka takut kepadanya tetapi belum pasti mereka mau mengikutinya. Apalagi setelah dalam waktu yang cukup lama keberadaan unta Nabi Saleh itu dirasa mengganggu terutama kaitannya dengan jatah giliran air mimum di telaga.
Dari “asosiasi” peternak kaum Tsamud akhirnya muncul persekongkolan untuk merencanakan membunuhan unta Nabi Saleh. Tetapi mereka gagal karena takut pada ancaman Nabi Saleh. Sampai akhirnya ada seorang janda bangsawan yang kaya dan cantik yang menawarkan akan menyerahkan dirinya kepada siapa saja yang berhasil membunuh unta Nabi Saleh. Ditambah lagi ada seorang wanita lain yang mempunyai beberapa puteri yang cantik-cantik menawarkan akan menjadikan salah seorang dari mereka sebagai hadiah.
Dua orang lelaki yang bernama Mushadda’ bin Muharrij dan Gudar bin Salif tertarik dengan iming-iming itu. Pikirnya, di samping akan dapat hadian wanita cantik mereka juga pasti akan mendapat sanjungan dari seluruh pelosoh Alhijr. Akhirnya kedua lelaki bertubuh kekar itu, dengan dibantu tujuh orang kawannya, berhasil membunuh unta Nabi Saleh.
Keberhasilan ini disambut kaum Tsamud bak pahlawan. Beberapa pemuka mereka kemudian mendatangi Nabi Saleh, dan berkata, “Hai Saleh, untamu telah mati dibunuh, coba datangkan apa yang kamu ancamkan dulu.”
Nabi Saleh menjawab, “Dulu aku telah peringatkan kalian kalau Allah akan menurunkan azab-Nya atas kalian jika kalian mengganggu unta itu. Tunggu saja azab itu. Kamu telah menantang Allah. Terimalah akibatnya. Allah tidak akan mengingkari janji-Nya. Selama tiga hari ke depan kalian boleh bersenang-senang, karena pada hari ke empat azab itu pasti akan turun. Demikianlah ketetapan (qada’) dan keputusan (qadr) Allah yang tidak dapat ditunda atau diurungkan.”
Nabi Saleh juga memberitahu bahwa azab yang akan menimpa didahului dengan tanda-tanda, yaitu di hari pertama bila mereka terbangun dari tidurnya akan menemui wajahnya berubah menjadi kuning, akan berubah menjadi merah pada hari kedua, hitam pada hari ketiga, dan pada hari keempat turunlah azab Allah yang sangat pedih.
Mendengar ancaman Nabi Saleh itu, sembilan orang pembunuh unta berencana untuk membunuh Nabi Saleh sekalian sebelum ancamannya terbukti. Namun pada malam hari saat mereka mulai bergerak untuk aksi pembunuhannya tiba-tiba kepala mereka terhantam batu yang entah dari mana datangnya hingga mereka tewas.
Kaum Tsamud akhirnya hancur binasa oleh hujan deras dengan petir menyambar-nyambar dan disertai gempa bumi. Hanya sebagain kecil dari mereka yang mengikuti Nabi Saleh yang selamat, karena sehari sebelum semua kejadian itu mereka telah diajak Nabi Saleh untuk keluar menuju Ramlah, Palestina
Begitulah akibat manusia yang gemar menantang Tuhan. Penantangan yang dimaksud bukan hanya ditunjukkan dengan sikap tidak beriman, melainkan bisa saja sikap tidak konsisten pada keimanan. Konsisten dalam arti selalu berpihak pada kebenaran ilahi, bukan sekedar kebenaran rasional apalagi kebenaran politis. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar