Alhijr adalah
nama sebuah wilayah yang terletak di antara Hijaz dan Syam. Di daerah dengan
tanah yang subur itu hidup kaum Tsamud, kaum Nabi Saleh. Tentang kesuburan
tanah Alhijr dapat disimak pada kisah kaum Aad, kaum Nabi Hud yang telah
dihancur-binasakan Allah dengan sapuan angin topan, karena saat itu secara
geografis masuk dalam wilayah kekuasaan kaum Aad.
Seperti kaum
Aad, kaum Tsamud juga menikmati kesuburan tanah Alhijr. Mereka hidup sejahtera,
bahkan menganggap kesejahteraan itu tidak akan hilang sampai anak turun mereka.
Hidup aman dan sejahtera di satu sisi dan paham paganisme yang dianut secara
turun-temurun di sisi lain membuat mereka enggan menerima ajakan Nabi Saleh
untuk bertauhid.
Hanya sebagian
kecil dari mereka yang terbuka mata hatinya untuk mengimani ajaran yang dibawa
Nabi Soleh. Sementara mayoritas mereka menentang, bahkan mencurigai ada
maksud-maksud tertentu di balik ajakan Nabi Saleh. Mereka tidak yakin kalau
Saleh yang dikenal pandai dan cerdas itu bersedia hanya menjadi penyampai
risalah yang aneh itu.
Meski demikian,
mereka resah juga dengan gerakan dakwah Nabi Saleh. Mereka kemudian merancang
strategi penghadangan. Mereka menantang Nabi Saleh untuk menunjukkan bukti
konkrit kebenaran ajaran tuhannya melalui suatu peristiwa yang luar biasa
(mukjizat). Mereka menyuruh Nabi Saleh untuk membuat seekor unta dari bongkahan
batu karang. Mereka sepakat untuk mengikuti Nabi Saleh jika permintaannya itu
terbukti.
Berkat kekuasaan
Allah, Nabi Saleh berhasil mengeluarkan seekor unta betina dari bongkahan batu
karang yang ditunjuk. Ia kemudian berkata kepada kaum Tsamud, “Ini unta Allah,
jangan kalian ganggu. Biarkan ia mencari makan sendiri di atas bumi Allah. Ia memperoleh
hak giliran untuk mendapatkan air minum sebagaimana yang kalian dapatkan untuk
kalian dan hewan ternak kalian. Dan ketahuilah bahwa Allah akan menurunkan
azab-Nya bila kalian mengganggu binatang ini.”
Namun keberhasilan
Nabi Saleh ini tidak serta merta membuat kaum Tsamud tunduk. Mereka takut
kepadanya tetapi belum pasti mereka mau mengikutinya. Apalagi setelah dalam
waktu yang cukup lama keberadaan unta Nabi Saleh itu dirasa mengganggu terutama
kaitannya dengan jatah giliran air mimum di telaga.
Dari “asosiasi”
peternak kaum Tsamud akhirnya muncul persekongkolan untuk merencanakan
membunuhan unta Nabi Saleh. Tetapi mereka gagal karena takut pada ancaman Nabi
Saleh. Sampai akhirnya ada seorang janda bangsawan yang kaya dan cantik yang menawarkan
akan menyerahkan dirinya kepada siapa saja yang berhasil membunuh unta Nabi Saleh.
Ditambah lagi ada seorang wanita lain yang mempunyai beberapa puteri yang cantik-cantik
menawarkan akan menjadikan salah seorang dari mereka sebagai hadiah.
Dua orang lelaki
yang bernama Mushadda’ bin Muharrij dan Gudar bin Salif tertarik dengan
iming-iming itu. Pikirnya, di samping akan dapat hadian wanita cantik mereka
juga pasti akan mendapat sanjungan dari seluruh pelosoh Alhijr. Akhirnya kedua
lelaki bertubuh kekar itu, dengan dibantu tujuh orang kawannya, berhasil
membunuh unta Nabi Saleh.
Keberhasilan ini
disambut kaum Tsamud bak pahlawan. Beberapa pemuka mereka kemudian mendatangi
Nabi Saleh, dan berkata, “Hai Saleh, untamu telah mati dibunuh, coba datangkan
apa yang kamu ancamkan dulu.”
Nabi Saleh
menjawab, “Dulu aku telah peringatkan kalian kalau Allah akan menurunkan
azab-Nya atas kalian jika kalian mengganggu unta itu. Tunggu saja azab itu. Kamu
telah menantang Allah. Terimalah akibatnya. Allah tidak akan mengingkari
janji-Nya. Selama tiga hari ke depan kalian boleh bersenang-senang, karena pada
hari ke empat azab itu pasti akan turun. Demikianlah ketetapan (qada’) dan
keputusan (qadr) Allah yang tidak dapat ditunda atau diurungkan.”
Nabi Saleh juga memberitahu
bahwa azab yang akan menimpa didahului dengan tanda-tanda, yaitu di hari
pertama bila mereka terbangun dari tidurnya akan menemui wajahnya berubah menjadi
kuning, akan berubah menjadi merah pada hari kedua, hitam pada hari ketiga, dan
pada hari keempat turunlah azab Allah yang sangat pedih.
Mendengar
ancaman Nabi Saleh itu, sembilan orang pembunuh unta berencana untuk membunuh
Nabi Saleh sekalian sebelum ancamannya terbukti. Namun pada malam hari saat
mereka mulai bergerak untuk aksi pembunuhannya tiba-tiba kepala mereka
terhantam batu yang entah dari mana datangnya hingga mereka tewas.
Kaum Tsamud
akhirnya hancur binasa oleh hujan deras dengan petir menyambar-nyambar dan disertai
gempa bumi. Hanya sebagain kecil dari mereka yang mengikuti Nabi Saleh yang
selamat, karena sehari sebelum semua kejadian itu mereka telah diajak Nabi
Saleh untuk keluar menuju Ramlah, Palestina
Begitulah akibat
manusia yang gemar menantang Tuhan. Penantangan yang dimaksud bukan hanya
ditunjukkan dengan sikap tidak beriman, melainkan bisa saja sikap tidak konsisten
pada keimanan. Konsisten dalam arti selalu berpihak pada kebenaran ilahi, bukan
sekedar kebenaran rasional apalagi kebenaran politis. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar