Setiap mukmin wajib meyakini bahwa dalam kehidupannya
terdapat ketentuan-ketentuan Allah yang tidak terjangkau oleh alamiyah
kemanusiaannya, seperti tentang umur. Umur manusia itu hanya berada di tangan-Nya.
Ia hanya dapat menerima keputusan-Nya, dan ia tidak punya kuasa untuk mengatur
atau merencanakannya, karena memang sepenuhnya berada dalam ketentuan-Nya. Tidak
sedikit orang yang secara tiba-tiba meninggal dunia, sementara yang lain masih
diberi hidup meski telah lama berbaring sakit.
Allah telah menegaskan, ''Dialah yang menciptakan kamu
dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu
ajal yang ditentukan (untuk berbangkit) yang ada pada sisi-Nya (yang Dia
sendirilah yang mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang
berbangkit itu).'' (6: 2). Dalam ayat lain Allah juga menegaskan, ''Tiap-tiap
umat mempunyai batas waktu; maka jika telah datang waktunya, mereka tidak akan
dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.''
(7:34).
Karena itu manusia tidak dapat mengetahui panjang pendek
umurnya. Ia juga tidak bisa mengurangi atau menambahnya. Jika ajalnya telah
tiba maka ia akan meninggal dunia walaupun ia berusaha dengan segala cara untuk
mengundurkannya. Begitu juga jika ajalnya belum tiba ia tetap tidak akan meninggal
meski ia berusaha mempercepat kematiannya dengan bunuh diri misalnya.
Karena hidup dan mati manusia itu merupakan hak
prerogatif Allah, maka manusia tidak bisa mengharap umur panjang atau memohon
segera dihampiri kematian. Nabi menyatakan, ''Janganlah salah seorang di
antara kamu sekalian mengharapkan kematian dan jangan pula berdoa agar cepat
mati sebelum kematian itu benar-benar datang kepadanya. Sesungguhnya jika salah
seorang di antara kamu sekalian mati, maka terputuslah amalnya. Dan
sesungguhnya tidak ada yang dapat menambah umur seorang mukmin kecuali kebaikan
yang diperbuatnya.'' (al-Bukhari).
Sekilas pernyataan Nabi ini bertentangan dengan
anjurannya sendiri agar umatnya berusaha untuk memperpanjang umurnya dengan
memanjatkan doa-doa yang secara eksplisit memohon panjang umur dan juga dengan melakukan
perbuatan yang baik. Namun tampaknya maksud yang dikehendaki Nabi adalah memohon
kesempatan yang lebih banyak untuk berbuat baik selama menjalani hidup. Sebab kebaikan
itu tidak akan mati meski pelakunya telah meninggal dunia. Begitu juga halnya
dengan orang yang baik, namanya akan selalu hidup meski ia telah menghuni alam
kubur.
Allah memberi umur kepada manusia ini sesuai dengan
tugasnya sebagai khalifah di muka bumi ini. Manusia tidak akan mampu melaksanakan
fungsi kekhalifahan ini secara maksimal jika tidak bergerak. Relefan dengan
makna umur, yaitu berjalan atau bergerak. Makna ini diperkuat dengan kata 'umrah'
yang berarti datang ke Bait Allah untuk memakmurkannya. Bahkan kata ini juga
menunjukkan arti hasil gerak manusia berupa peradaban.
Dengan demikian, inti hidup adalah gerak. Karenanya Islam
sangat memperhatikan gerak, hingga seluruh bentuk ibadah yang diajarkan
mengandung unsur gerak baik secara fisik, intelelektual, maupun spiritual. Shalat
jelas mengandung unsur gerak. Begitu juga dengan haji, zakat, dll. Puasa juga
demikian, gerak dalam ibadah puasa dapat diperhatikan pada perubahan
irama fisik; hidup siang menjadi malam dan malam mejadi siang, jam makan
menjadi tidak makan dan jam tidur menjadi jam makan, dll.
Dalam bahasa lain gerak ini diungkapkan dengan amal.
Manusia dituntut untuk terus beramal dalam rangka mengimplementasikan fungsi
penciptaannya, yaitu beribadah. Ibadah yang dimaksud tidak lain adalah amal.
Amal di sini jelas melibatkan fisik dan batin. Artinya fisik terus-menerus
melakukan gerak apa saja sedang dalam batinnya selalu istiqamah hanya kepada Allah.
Dari sini, relefan anjuran-anjuran yang menyatakan agar
manusia selalu menjaga dengan sebaik mungkin amanat yang diberikan oleh Allah
berupa umur, yaitu dengan kebaikan-kebaikan dan amal saleh. Bahkan disebutkan
bahwa nilai umur manusia itu tidak ditentukan oleh panjang atau pendeknya,
melainkan oleh kualitas amal yang diperbuat semasa hidupnya.
Dalam pandangan Nabi, umur yang panjang pada hakikatnya
adalah yang diisi dengan perbuatan baik dan amal saleh. Beliau bersabda, ''Barang
siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezekinya, maka hendaklah
ia berbuat baik kepada kedua orang tua dan menjalin silaturrahim dengan
sesama.'' (Ahmad).
Panjangnya umur seseorang sama sekali tidak akan bernilai
jika tidak diisi dengan amal saleh. Kadang justru hanya menjerumuskan ke dalam siksa
Allah. Umur panjang yang diisi dengan perbuatan baik dan amal saleh menjadi
bukti kualitas hidup manusia di dunia dan meninggikan derajatnya di sisi Allah.
Inilah inti jawaban Nabi ketika ditanya tentang siapa orang yang paling baik, ''Yaitu
orang yang panjang umurnya dan baik amalnya. Sedangkan orang yang paling buruk
adalah orang yang panjang umurnya tetapi buruk amalnya.'' (Ahmad).
Untuk itu, setiap orang hendaknya menyadari bahwa
kematian akan datang tanpa diduga. Kesadaran terhadap hal ini akan memotivasi
untuk bersegera mengisi sisa hidupnya dengan perbuatan baik dan amal saleh.
Sebab, umur yang disia-siakan pada akhirnya hanya akan melahirkan penyesalan
yang tidak berguna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar