Kamis, 13 Desember 2012

Umur dan Amal

Setiap mukmin wajib meyakini bahwa dalam kehidupannya terdapat ketentuan-ketentuan Allah yang tidak terjangkau oleh alamiyah kemanusiaannya, seperti tentang umur. Umur manusia itu hanya berada di tangan-Nya. Ia hanya dapat menerima keputusan-Nya, dan ia tidak punya kuasa untuk mengatur atau merencanakannya, karena memang sepenuhnya berada dalam ketentuan-Nya. Tidak sedikit orang yang secara tiba-tiba meninggal dunia, sementara yang lain masih diberi hidup meski telah lama berbaring sakit.
Allah telah menegaskan, ''Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ditentukan (untuk berbangkit) yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah yang mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu).'' (6: 2). Dalam ayat lain Allah juga menegaskan, ''Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka jika telah datang waktunya, mereka tidak akan dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.'' (7:34).
Karena itu manusia tidak dapat mengetahui panjang pendek umurnya. Ia juga tidak bisa mengurangi atau menambahnya. Jika ajalnya telah tiba maka ia akan meninggal dunia walaupun ia berusaha dengan segala cara untuk mengundurkannya. Begitu juga jika ajalnya belum tiba ia tetap tidak akan meninggal meski ia berusaha mempercepat kematiannya dengan bunuh diri misalnya.
Karena hidup dan mati manusia itu merupakan hak prerogatif Allah, maka manusia tidak bisa mengharap umur panjang atau memohon segera dihampiri kematian. Nabi menyatakan, ''Janganlah salah seorang di antara kamu sekalian mengharapkan kematian dan jangan pula berdoa agar cepat mati sebelum kematian itu benar-benar datang kepadanya. Sesungguhnya jika salah seorang di antara kamu sekalian mati, maka terputuslah amalnya. Dan sesungguhnya tidak ada yang dapat menambah umur seorang mukmin kecuali kebaikan yang diperbuatnya.'' (al-Bukhari).
Sekilas pernyataan Nabi ini bertentangan dengan anjurannya sendiri agar umatnya berusaha untuk memperpanjang umurnya dengan memanjatkan doa-doa yang secara eksplisit memohon panjang umur dan juga dengan melakukan perbuatan yang baik. Namun tampaknya maksud yang dikehendaki Nabi adalah memohon kesempatan yang lebih banyak untuk berbuat baik selama menjalani hidup. Sebab kebaikan itu tidak akan mati meski pelakunya telah meninggal dunia. Begitu juga halnya dengan orang yang baik, namanya akan  selalu hidup meski ia telah menghuni alam kubur.
Allah memberi umur kepada manusia ini sesuai dengan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi ini. Manusia tidak akan mampu melaksanakan fungsi kekhalifahan ini secara maksimal jika tidak bergerak. Relefan dengan makna umur, yaitu berjalan atau bergerak. Makna ini diperkuat dengan kata 'umrah' yang berarti datang ke Bait Allah untuk memakmurkannya. Bahkan kata ini juga menunjukkan arti hasil gerak manusia berupa peradaban.
Dengan demikian, inti hidup adalah gerak. Karenanya Islam sangat memperhatikan gerak, hingga seluruh bentuk ibadah yang diajarkan mengandung unsur gerak baik secara fisik, intelelektual, maupun spiritual. Shalat jelas mengandung unsur gerak. Begitu juga dengan haji, zakat, dll. Puasa juga demikian, gerak dalam ibadah puasa dapat diperhatikan pada perubahan irama fisik; hidup siang menjadi malam dan malam mejadi siang, jam makan menjadi tidak makan dan jam tidur menjadi jam makan, dll.
Dalam bahasa lain gerak ini diungkapkan dengan amal. Manusia dituntut untuk terus beramal dalam rangka mengimplementasikan fungsi penciptaannya, yaitu beribadah. Ibadah yang dimaksud tidak lain adalah amal. Amal di sini jelas melibatkan fisik dan batin. Artinya fisik terus-menerus melakukan gerak apa saja sedang dalam batinnya selalu istiqamah hanya kepada Allah.
Dari sini, relefan anjuran-anjuran yang menyatakan agar manusia selalu menjaga dengan sebaik mungkin amanat yang diberikan oleh Allah berupa umur, yaitu dengan kebaikan-kebaikan dan amal saleh. Bahkan disebutkan bahwa nilai umur manusia itu tidak ditentukan oleh panjang atau pendeknya, melainkan oleh kualitas amal yang diperbuat semasa hidupnya.
Dalam pandangan Nabi, umur yang panjang pada hakikatnya adalah yang diisi dengan perbuatan baik dan amal saleh. Beliau bersabda, ''Barang siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezekinya, maka hendaklah ia berbuat baik kepada kedua orang tua dan menjalin silaturrahim dengan sesama.'' (Ahmad).
Panjangnya umur seseorang sama sekali tidak akan bernilai jika tidak diisi dengan amal saleh. Kadang justru hanya menjerumuskan ke dalam siksa Allah. Umur panjang yang diisi dengan perbuatan baik dan amal saleh menjadi bukti kualitas hidup manusia di dunia dan meninggikan derajatnya di sisi Allah. Inilah inti jawaban Nabi ketika ditanya tentang siapa orang yang paling baik, ''Yaitu orang yang panjang umurnya dan baik amalnya. Sedangkan orang yang paling buruk adalah orang yang panjang umurnya tetapi buruk amalnya.'' (Ahmad).
Untuk itu, setiap orang hendaknya menyadari bahwa kematian akan datang tanpa diduga. Kesadaran terhadap hal ini akan memotivasi untuk bersegera mengisi sisa hidupnya dengan perbuatan baik dan amal saleh. Sebab, umur yang disia-siakan pada akhirnya hanya akan melahirkan penyesalan yang tidak berguna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar