Pada
suatu hari Nabi masuk ke masjid, dilihatnya seorang sahabat duduk tepekur
berdzikir, terlihat khusyu’ dengan mata berlinang air mata kebimbangan. Setelah
didekati, ternyata dia adalah Abi Umamah al-Bahily, salah seorang sahabat yang
dikenal tegar dalam memperjuangkan dan membela Islam.
Nabi
kemudian menghampirinya, dan bertanya: “Apa gerangan yang menyebabkan kedukaan
ini ?”
”Wahai
Rasulullah, aku ini seorang yang terlilit hutang teramat banyak sehingga aku
tidak mampu melunasinya.” Keluh Abi Umamah.
Sejenak
Nabi tertegun, kemudian bersabda; “Maukah kamu kuajarkan sebuah doa yang bisa
membuat hatimu tenteram dan pula dapat menghilangkan kegelisahanmu?”
Abu
Umamah mengangguk. Nabi lalu membacakan doanya, “Allahumma inni a’udzu bika
minal hammi wal hazani wa a’udzu bika minal ‘ajzi wal kasali wa a’udzu bika
minal bukhli wal jubni wa a’udzu bika min ghalabatid daini wa qahrir rijal.”
(Ya
Allah, aku berlindung kepadaMu dari rundungan sedih dan duka, aku berlindung
kepadaMu dari sifat lemah dan malas, aku berlindung kepadaMu dari sifat kikir
dan penakut, dan aku berlindung kepadaMu dari beban hutang dan penindasan
orang).
Meski
tergolong pendek doa yang diajarkan Nabi tersebut, tetapi mampu membangkitkan
gairah hidup Abu Umamah yang hampir terperosok dalam jurang keputusasaan. Dia pun
bangkit dari duduknya dan menyingsingkan lengan bajunya untuk menapaki makna
doa yang telah dia terima dari seorang utusan yang agung.
Dia
memahami betul makna yang terkadung di dalam doa tersebut. Hal mana tekadnya
yang kuat untuk membuktikan doanya dalam perilaku, telah menjadikannya seorang sahabat
yang selalu optimis dalam menghadapi kehidupan dan tidak pernah sekalipun
mengeluh apalagi putus asa dengan keadaan yang telah menimpanya. Akhirnya dia
tergolong salah seorang yang disebutkan dalam Alqur’an “Yaitu mereka yang
berjihad di jalan Kami, pasti Kami memberi petunjuk kepada mereka dan
sesungguhnya Allah bersama orang yang berbuat baik.”
Ahmad Musthafa al-Maraghi di dalam kitab tafsirnya
menguraikan kata per kata doa Nabi tersebut. Al-Hamm artinya bingung. Bingung
biasanya dapat menimbulkan rasa takut, seperti takut sakit, tidak lulus tes, kesengsaraan, dll., serta selalu
hawatir untuk menghadapi hari esok, sehingga hidupnya terasa berat. Padahal
seorang mukmin seharusnya tidak gelisah menghadapi masa depan dan selalu
yakin bahwa al-ghadd bi yadillah (masa depan di tangan Allah). Dengan begitu
dia akan selalu optimis dengan tetap memaksimalkan ikhtiar.
Al-Hazan artinya susah dan sedih. Menyusahkan
dan menyedihkan suatu musibah yang sudah terjadi. Susah dan sedih bukan tidak
diperbolehkan. Boleh saja asal tidak terus berkelanjutan, karena jelas akan
berpengaruh terhadap suasana hati dan pikiran. Dan pada gilirannya akan
berpengaruh pula pada kinerja seseorang.
Biasanya orang yang terus larut dalam kesedihan yang
berkepanjangan, tanpa sadar dia akan terhanyut dalam andai-andaian dalam
lamunan hampa. Sebuah sya’ir Arab menyebutkan ”Yang lalu biarlahlah berlalu,
masa depan belumlah tahu, yang ada hanyalah sekarang yang sedang kau jalani.”
Al-’Ajz
artinya perasaan lemah tidak berdaya. Melihat orang lain maju tidak mampu
menjadi pemicu gairah kerja, dan justru menimbulkan rasa rendah diri dan
ketidakmampuan. Padahal setiap manusia diberi kelebihan dari yang lainnya.
Al-Kasal
artinya tidak punya kemauan atau sifat malas yang tanpa alasan. Rasa malas ini
lahir ketika melihat pekerjaan yang dia pandang tidak sanggup melaksanakannya.
Dalam hal ini diperlukan keseimbangan kerja sesuai dengan porsi yang dibutuhkan,
sehingga semangat kerja tetap stabil dan selalu bergairah.
Al-Bukhl
berarti pelit atau kikir. Seseorang yang telah meraih apa yang diinginkan dan
menjadi lupa terhadap kesengsaraan orang lain, bahkan lupa terhadap jasa orang
yang pernah membantunya untuk meraih apa yang diinginkannya.
Al-Jubn adalah sifat rakus dan pengecut akibat rasa takut
hilangnya harta atau jabatan yang ada dalam genggamannya. Berat rasanya dia
tinggalkan kekayaan yang dia raih. Akibatnya menjadi seorang manusia yang
diliputi rasa takut dan muncul sifat sombong dengan hasil usahanya tersebut.
Ghalabatid
dain ialah terlilit hutang seperti yang terjadi pada Abu Umamah. Dengan
menghindari diri dan berlindung kepada Allah dari sifat al-hamm, al-huzn, al-’ajz,
al-kasal, al-bukhl dan al-jubn akan mudah bagi seseorang untuk menyelesaikan semua
masalahnya serta bisa melunasi hutang-hutangnya.
Yang
terakhir ialah Qahr ar-rijal, yaitu mohon perlindungan dari penindasan manusia
disebabkan menurunnya martabat karena berhutang, mengemis dll. Dengan
permohonan ini, dia akan menjadi manusia yang terhormat di hadapan Allah dan
sesama manusia.
Demikianlah, apabila seseorang dapat menjauhi sifat-sifat
di atas dan mengamalkannya baik dalam doa maupun ikhtiar, pastilah dia akan mampu
mencapai kebahagiaan yang diharapkan, serta hilanglah rasa tertekan atau stress
seperti yang banyak dialami oleh masyarakat modern sekarang ini dan menjadi orang
yang selalu optimis menghadapi masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar