Kamis, 22 Desember 2011

Cantik, Tampan dan Kemaluan

     Dikisahkan, di Makkah dulu ada seorang lelaki yang beristri cantik. Pada suatu hari, ia melihat istrinya sedang bersolek di depan cermin. Sang istri pun memintanya untuk mendekat, dan berkata, “Menurutmu, apa ada orang lelaki yang tidak akan tergoda dan tertarik saat melihat wajahku yang cantik ini?” Sang suami menjawab, “Ada.” “Siapa?” tanya sang istri penasaran.  “Ubaid bin Umair.” Jawab suaminya.
     “Kita buktikan. Izinkan aku untuk merayu dan menggodanya,” kata sang istri seolah tak percaya. Sang suami akhirnya mengizinkan istrinya untuk menggoda dan merasu Ubaid bin Umair.
     Sang isteri kemudian pergi menemui Ubaid dengan dalil ingin meminta fatwa tentang suatu masalah. Ubaid memenuhi permintaan perempuan itu dengan mengajaknya ke salah satu sisi Masjidil Haram.
      Tak disangka, tiba-tiba permpuan itu membuka tutup wajahnya hingga terlihatlah paras cantik wajahnya. Ubaid kaget, dan spontan berkata, “Celaka kamu wahai hamba Allah!” Kemudian wanita itu berkata kepada Ubaid, “Sesungguhnya aku telah tergoda dan tertarik kepada kamu. Karena itu, tolong pertimbangkan keinginanku ini.”
      Ubaid bin Umair berkata, “Aku akan mengajukan beberapa pertanyaan kepadamu. Jika kamu mau menjawabnya dengan jujur, maka aku akan pertimbangakan keinginanmu ini.” Perempuan itu bersedia memenuhi syarat yang diajukan Ubaid.
    “Katakan kepadaku dengan jujur. Jika sekarang malaikat maut datang dan mencabut nyawamu, apakah kamu senang jika sekarang aku memenuhi keinginanmu ini?” perempuan itu spontan menjawab, “Tentu saja tidak.”
    Ubaid berkata, “Bagus, berarti kamu memang jujur. Ingatlah ketika semua makhluk dihidupkan kembali pada hari kiamat untuk menerima buku catatan amal mereka masing-masing. Dan, kamu sendiri tidak tahu apakah kamu akan menerima buku catatan amal kamu dengan tangan kanan atau kiri. Apakah kamu akan merasa senang jika aku memenuhi kenginanmu ini?” Perempuan itu tetap dengan jawaban yang sama, “Tentu saja tidak.”
     “Bagus, kamu menjawab dengan jujur. Ketika datang waktu penimbangan amal, lalu kamu tidak tahu apakah timbangan amal kebaikanmu lebih berat atau lebih ringan. Apakah kamu senang jika aku memenuhi keinginanmu ini?” Ubaid melanjutkan. “Tentu saja tidak.” Jawab perempuan itu.
    Untuk yang terakhir kali Ubaid bertanya, “Ingatlah ketika kamu dihadapkan kapada Allah. Apakah kamu senang jika aku memenuhi keinginanmu ini?” Perempuan itu pun menjawab, “Tentu saja tidak.” Ubaid akhirnya berkata, “Hai hamba Allah, takutlah kamu kepada-Nya. Karena sesungguhnya Allah telah memberi karunia dan nikmat kepada kamu.”
Perempuan  itu kemudian bergegas pulang. Sesampainya di rumah, suaminya langsung bertanya kepadanya, “Apa yang telah kamu lakukan kepadanya?” dan sang isteripun seketika menjawab, “Kamu memang benar-benar orang yang hina, kita berdua memang benar-benar orang yang hina.”
    Sejak peristiwa itu, sang isteri berubah secara total. Hari-harinya diisi deng kesibukan shalat, puasa, dan ibadah-ibadah yang lain. Perubahan ini juga ternyata membuat suaminya jengkel. “Celaka aku, apa sebenarnya yang telah dilakukan Ubaid bin Umair terhadap istriku, hingga ia berubah seperti sekarang ini. Dulu setiap malam istriku bertingkah seperti pengantin baru, tapi sekarang Ubaid telah mengubahnya menjadi seorang rahib (orang ahli ibadah)!” gumamnya pada dirisendiri
    Karena peristiwa itulah kemudian Allah mengingatkan seluruh manusia melalui wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya.” (QS. An-Nur: 30-31)
     Cantik, tanpan dan kemaluan memang merupakan suatu karunia yang diberikan Allah kepada manusia. Selayaknya manusia memanfaatkan karunia itu untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Kalau Allah mencipta manusia hanya untuk menyembah (beribadah) kepadanya, maka perintah ini juga berlaku bagi keseluruhan yang dimiliki manusia,termasuk karunia cantik, tanpan dan kemaluan.
  Lantas bagaimana beribadah dengan kecantikan, ketampanan dan kemaluan? Memperilihatkan kecantikan wajah dan kemolekan tubuh hanya kepada suami hingga sang suami menginginkannya adalah terhitung ibadah. Begitu juga dengan memperlihatnya ketampanan dan keperkasaan hanya kepada istri hingga ia menginginkannya adalah ibadah.  Demikian juga menjaga kemaluan agar tidak terlihat dan terjamah orang lain adalah ibadah.
      Kecantikan, ketampanan dan kemaluan bukan alat untuk mengais rizki Tuhan, apalagi dengan cara-cara yang tergolong maksiat. Pernyataan ini sangat penting mengingat modernisme telah menjadikannya sebagai suatu komoditi yang dapat dijadikan alat untuk menumpuk kekayaan. Wallahu a’lam bi al-shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar