Dalam sistem
kalender Islam terdapat empat bulan yang memiliki banyak keutamaan. Tiga secara
berurutan, yaitu Rajab, Sya'ban, dan Ramadlan, dan satu terpisah yaitu Muharram.
Untuk yang disebut terakhir ini keistimewaannya bukan hanya karena ia merupakan
bulan pertama, tetapi karena di dalamnya terhadap hari yang istimewa karena
banyaknya rahmat Tuhan yang turun pada hari itu dalam rentang sejarah
agama-agama samawi temasuk Islam, yaitu hari Asyura yang jatuh pada tanggal 10
Muharram.
Di antara
keistimewaan hari Asyura adalah pertemuan Adam dan Hawa' di Jabal Rahmat
setelah keduanya diturunkan ke bumi secara terpisah karena pelanggaran yang
dilakukan di surga yaitu memakan buah keabadian (khuldi). Peristiwa ini terus
dikenang terutama oleh umat Islam, hingga pada saat musim haji tempat itu
banyak dikunjungi para jamaah haji dari seluruh penjuru dunia.
Pada hari
itu juga Tuhan menyelamatkan Nuh dari bencana banjir bandang yang menenggelamkan
musuh-musuhnya termasuk anaknya sendiri, Kan'an. Tuhan juga menyelamatkan Musa dari
kejaran Fir'aun dan tentaranya pada hari itu. Karenanya umat Yahudi dan umat
Nasrani mengagungkan hari itu. Diriwayatkan bahwa Nuh dan Musa melakukan puasa
pada hari itu sebagai ungkapan rasa syukurnya kepada Tuhan atas kemenangan dan
keselamatan yang diberikan kepadanya. Umat Yahudi melakukan puasa pada hari itu
dan menjadikannya sebagai hari raya. Konon kaum Quraish pada masa jahiliyah
juga melakukan puasa pada hari itu, dan mereka menjadikannya sebagai hari
keramat hingga pada hari itu mereka menjalankan tradisi mengganti kiswah
Ka'bah.
Inilah
sebagian keistimewaan hari Asyura. Masih banyak keistimewaan-keistimewaannya
yang lain seperti diangkatnya Idris ke tempat yang lebih tinggi,
diselamatkannya Ibrahim dari pembakaran Raja Namrud, disembuhkannya Ya'qub dari
penyakit yang dideritanya, diturunkannya Taurat kepada Musa, dibebaskannya
Yusuf dari penjara, dikeluarkannya Yunus dari perut ikan paus, diampuninya Daud
dari kesalahannya, diberinya kerajaan Sulaiman, dan lain-lain
Begitu
istimewanya hari Asyura, hingga Nabi sediri menganjurkan kepada umatnya untuk menghormatinya.
Terkait dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi Nabi menganjurkan supaya
diambil nilai-nilai ruhaniyahnya. Sedang bentuk penghormatannya adalah dengan
berpuasa, bukan dengan merayakannya bahkan menjadikannya hari raya. Abu
Hurairah menuturkan satu riwayat yang menyatakan bahwa Tuhan telah mewajibkan kepada
Bani Israil untuk berpuasa sehari dalam satu tahun, yakni pada hari Asyura,
hingga Nabi kemudian menganjurkan kepada umatnya agar melapangkan keluarganya
pada hari itu, karena orang yang melapangkan keluarganya pada hari itu akan
dilapangkan kehidupannya oleh Tuhan sepanjang tahun. Hari Asyura adalah hari
puasa bagi orang Quraisy di zaman jahiliyah, dan Nabi mempuasakannya. Ketika
tiba di Madinah, ia mempuasakanya dan menyuruh orang banyak mempuasakannya.
Memang pada
saat Nabi berhijrah ke Yatsrib ia mendapati penduduk kota itu melakukan puasa
pada hari Asyura. Seorang Yahudi mengatakan kepadanya bahwa hari Asyura adalah
hari agung di mana Tuhan telah menyelamatkan Bani Israil dari ancaman musuhnya,
sehingga Musa berpuasa pada hari itu. Nabi kemudian menyatakan, "Aku lebih
berhak atas Musa dari kalian." Kemudian ia berpuasa dan memerintahkan
umatnya berpuasa.
Dengan
demikian, puasa hari Asyura merupakan puasa wajib pertama dalam Islam, sebelum
kemudian Tuhan menurunkan ayat tentang kewajiban berpuasa bagi umat Islam di
bulan Ramadlan. Dalam pandangan Nabi hari Asyura memang begitu istimewa, hingga
ia senantiasa melaksanakan puasa pada hari ini dan memerintahkan umatnya
berpuasa demi rasa solidaritasnya kepada saudara seperjuangannya Nuh dan Musa.
Bahkan pada tahun terakhir hidupnya Nabi pernah menyatakan, "Insya Allah
tahun depan saya juga akan berpuasa," namun ajal telah menjemputnya
sebelum sempat menyempurnakan tahun itu.
Tradisi Nabi
berupa puasa pada hari Asyura ini kemudian oleh para ulama dilestarikan sebagai
salah satu wujud penghormatan terhadap hari itu. Ada yang mengatakan puasa
dilakukan pada tanggal 9 dan 10 Muharram karena keduanya pernah dilakukan
Rasulullah dan sahabatnya. Namun ada yang mengatakan bahwa Asyura hanya tanggal
10 Muharram. Dikatakan salah satu karena ternyata sampai saat ini di berbagai
masyarakat telah muncul beragam tradisi yang berkaitan dengan hari Asyura,
termasuk masyarakat Jawa, seperti tradisi-tradisi yang berkaitan dengan
mistisisme Jawa.
Tetapi yang
terpenting tampaknya dalam tradisi puasa yang diwariskan oleh Nabi itu terdapat
kandungan makna yang cukup mendalam bagi kehidupan beragama dan bermasyarakat, berupa
nilai-nilai pengorbanan, perjuangan, solidaritas antarumat beragama dan rasa
tenggang rasa.
Di samping
itu, pada pasca Nabi hari Asyura bagi umat Islam juga menampilkan kilas balik
tragedi Karbala yang telah merenggut nyawa kedua cucu tercinta Nabi, Hasan dan
Husain. Tragedi ini merupakan noktah hitam dalam sejarah umat Islam yang selayaknya
tidak akan pernah terulang kembali. Satu kesadaran yang dapat diambil dari
tragedi ini adalah suatu kenyataan bahwa kekerasan dan anarkisme merupakan
suatu tindakan yang tidak berperikemanusiaan. Untuk itu, peringatan hari Asyura juga dapat
menanamkan semangat anti kekerasan dan anarkisme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar