Islam,
sejak masa-masa awal, tidak pernah kering dari cobaan. Kebenaran memang selalu
melalui masa-masa ujian. Itu sudah menjadi semacam resiko. Betapapun lurusnya
jalan suatu kebenaran pasti pada saatnya akan menjumpai gangnguan dan cobaan.
Salah
satu bukti bahwa Islam adalah kebenaran, Islam justru semakin besar setelah
masa-masa ujian berlalu. Semakin besar tekanan kepada Islam, semakin luas pula wilayah
perkembangannya. Ketika tentara Perang Salib sempat mengalahkan pasukan Islam,
justru saat itu menjadi titik awal masuknya ide-ide dari para pemikir muslim ke
Eropa, seperti ilmu kedokteran Ibnu Sina, filsafatnya Al-Farabi, dll. Hal mana
transmisi pengetahuan tersebut membuat peradaban Eropa menjadi tercerahkan.
Peristiwa
runtuhnya Wold Trade Center 9/11/2001 akibat dihantam pesawat berbadan lebar
secara sengaja memunculkan kontraversi seputar tragedi itu. Ada yang menyatakan
pesawat itu dibajak teroris dari Timur Tengah dan ditabrakkan ke WTC. Versi
lain, menyatakan pengaitan tragedi itu dengan terorisme adalah rekayasa belaka,
sebab pada hari itu, hampir semua karyawan yang beretnis Yahudi mengambil cuti
secara serentak, hingga mereka selamat dari petaka itu. Yang paling nyata
adalah warga Amerikalah yang menderita.
Tesis
yang muncul pasca tragedi runtuhnya WTC itu adalah hancurnya reputasi Islam,
khususnya di Amerika. Tetapi justru tragedi itu membuat banyak orang Amerika yang
ingin mengetahui Islam. Mereka yang sebelumnya tidak tahu dan tidak perduli,
menjadi ingin mempelajari Islam. Mereka yang tertarik dan akhirnya menjadi
muallaf menjadi jauh lebih besar. Saat ini bahkan telah berdiri tiga madrasah
tahfidhul qur’an di Amerika.
Upaya
pelemahan Islam terjadi secara sistematis maupun sporadis selalu saja terjadi.
Yang paling aktual adalah munculnya film Innocence of Muslims. Umat Islam boleh
saja merespon film yang menjelek-jelekan citra Islam itu asal masih tetap dalam
koridor wajadilhum billati hiya ahsan (berpolemik dengan argumentasi yang
terbaik). Sikap yang berlebihan, apalagi yang destruktif sudah tentu harus
dihindari. Bukankah ini bukan kali pertama terjadi. Sejak masa Nabi pelecehan
terhadap Islam sudah amat sering terjadi
Pada
masa Khulafaur Rasyidun, pemeluk Islam telah berkembang dan tersebar sampai jauh
ke negeri-negeri yang jauh. Islam bukan lagi hanya sebuah agama tetapi sudah membentuk
peradaban tersendiri yang spesifika. Perluasan peradaban ini terkadang
berbenturan dengan peradaban lain dan menimbulkan pertentangan dan perang.
Muncul
kemudian pameo bahwa Islam disebarkan dengan pedang. Eufismis dari sebuah
pandangan bahwa kejayaan Islam merupakan buah dari sikap memaksa orang untuk
memeluknya, bukan karena keinginan yang tulus. Islam tidak akan mendunia kalau tidak
melalui peperangan.
Padahal,
fakta sejarah membantah pandangan tersebut. Penyebaran Islam di Asia, Eropa, dan banyak
negara lain justru kebanyakan melalui perdagangan. Tidak mungkin Islam bercokol
beberapa abad di Spanyol tanpa adanya orang-orang Islam yang mendahului tiba di
sana. Tidak ada bukti yang dapat menginformasikan adanya pengiriman atau
penyebaran tentara Islam dari jazirah Arab ke banyak negara Asia dan Afrika
untuk penaklukan. Yang ada hanya armada pedagang yang membawa peradaban Islam
dalam tata cara perdagangan mereka.
Tentu
saja fakta ini sangat berbeda dengan penaklukan kaum kolonial Spanyol dan
Portugis yang membawa agenda ekspedisi: gold, gospel, glory (perburuan emas,
penyebaran agama, dan membangun kejayaan) – untuk menyebut mencari harta di
tanah orang, menyebarkan agama kepada bangsa lain, dan membentuk koloni di
negeri yang jauh.
Ujian
bagi Islam tidak akan pernah usai sampai saat ini bahkan pada masa-masa yang
akan datang. Bentuknya pun yang berbeda-beda. Pun kemunculannya bisa datang
dari mana saja, meski sampai saat ini secara keseluruhan datang dari Barat. Ada
yang berbentuk tekanan militer seperti di Palestina, ada yang berwujud
westernisasi seperti di beberapa negara pesisir jazirah Arab, ada juga yang melalui
arus informasi yang tidak terbendung seperti di Indonesia, dan sebagainya.
Dampaknya serupa, yakni menjauhkan umat Islam dari Islamnya sendiri.
Akankah
Islam akan runtuh dengan berbagai ujian tersebut? Tentu tidak, sebab Allah
telah memberikan janjiNya bahwa satu-satunya agama di sisiNya adalah Islam (Ali
Imran: 19): “Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah Islam.” Kemudian
dalam Surat Al-Maidah: 3, Allah menegaskan “… Pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan
telah Kuridhai Islam jadi agama bagimu”.
Islam
telah diamanatkan Allah bagi manusia yang bertakwa. Allah sendiri yang menjamin
keberlangsungannya. Dia sendiri yang akan melindungi Islam, dan Dia tidak butuh
manusia sebagai penolongNya. Tidak mungkin Dia membiarkan agama yang
diridhaiNya runtuh.
Kecintaan
dan fanatisme Umat kepada agama ini tidak harus diwujudkan dengan memusuhi
orang di luar Islam karena cara itu sesungguhnya bukan ajaran Nabi. Yang beliau
ajarkan justru “tidak ada paksaan dalam beragama.” Biarlah mereka dengan
sesembahan mereka, dan Allah sendiri yang akan memberikan keputusanNya kelak.
Adapun
kaitannya orang atau kelompok yang membenci Islam dan berusaha menghancurkan
umat Islam, Allah telah menjelaskan di dalam Surat An-Nisa: 45, “Dan Allah
lebih mengetahui tentang musuh-musuhmu. Dan cukuplah Allah menjadi
Pelindung. Dan cukuplah Allah menjadi Penolong.”
Tidak
ada yang mustahil bagi Allah, termasuk untuk menghukum pihak-pihak yang
memusuhi Islam. Kaum ‘Ad, kaum Tsamud, kaum Nabi Nuh, dsb dapat dijadikan bukti
fakta yang dapat dipelajari. Biarlah Allah sendiri yang akan menentukan nasib
bangsa Israel, orang Eropa dan Barat yang banyak memusuhi Islam, karena mereka
bertahan di muka bumi ini semata karena ijin Allah, dan agar menjadi ujian bagi
umat Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar